Nama FC Sheriff Tiraspol mendadak jadi pemberitaan utama di banyak media Eropa. Termasuk media-media di Indonesia.
FC Sheriff yang bukan klub terkenal, menjelma jadi news maker. Pembuat berita. Itu tidak lepas dari cara 'berani' mereka untuk menarik perhatian media.
Dini hari tadi, Sheriff Tiraspol yang usianya lebih muda dari penulis tulisan ini karena mereka baru berusia 24 tahun, membuat kejutan besar di matchday II Liga Champions.
Klub yang berasal dari Moldova, negara figuran di sepak bola Eropa ini mengalahkan Real Madrid. Klub paling sukses dalam sejarah Liga Champions itu mereka kalahkan 1-2 di markasnya yang terkenal, Stadion Santiago Bernabeu, Rabu (29/9) dini hari tadi.
Meski terus ditekan sepanjang pertandingan dengan ball possession 26 persen berbanding 76 persen, tetapi Sheriff Tiraspol mampu unggul lebih dulu di menit ke-25 lewat gol heading Jasurbek Yakhshiboev. Penalti Karim Benzema di menit ke-65 sempat membuat Real Madrid menyamakan skor 1-1.
Di menit ke-71, Sheriff Tiraspol kembali menjebol gawang Madrid. Tapi, gol itu dianulir wasit Lawrence Visser dari Belgia usai melihat tayangan ulang via VAR. Pemain Sheriff dalam posisi offside.
Toh, andai meraih hasil imbang di markas Real Madrid, itu seharusnya sudah cukup bagus bagi Sheriff Tiraspol. Itu hasil yang tidak terlalu mengecewakan bagi tim newbie seperti mereka.
Namun, menjelang laga berakhir, di menit ke-89, mereka justru mencetak gol keren lewat tendangan Sebastien Thill dari luar kotak penalti. Madrid pun takluk 1-2.
Kemenangan Sheriff Tiraspol atas Real Madrid itu menjadi salah satu pemberitaan besar di media selain gol perdana Lionel Messi untuk Paris Saint Germain saat mengalahkan Manchester City dan juga pesta gol Liverpool di Porto.
Ya, dilihat dari sisi manapun, kemenangan FC Sheriff Tiraspol itu memang memenuhi banyak value news. Ada kejutan. Hal yang jarang terjadi. Juga magnitute.
Bagaimana bisa, tim yang datang dari negara antah berantah di Eropa meraih kemenangan beruntun di Liga Champions dan kini memuncaki klasemen. Berada di atas Real Madrid dan juga juara Italia, Inter Milan di Grup D.
Di matchday pertama Grup D pada 15 September 2021 lalu, ketika Tiraspol menang 2-0 atas tim langganan Liga Champions asal Ukraina, Shakhtar Donetsk, kita mungkin masih menganggapnya biasa. Hebat tapi levelnya belum wow.
Maklum, Tiraspol meraih kemenangan di kandangnya sendiri, Sheriff Stadum dengan dukungan 5205 suporter. Namun, beda cerita ketika mereka bisa mengalahkan Real Madrid di kandangnya.
Itu bak cerita dongeng yang sulit dipercaya kebenarannya.
Jalan terjal Sheriff Tiraspol ke Liga Champions
Padahal, musim ini merupakan partisipasi perdana Sheriff Tiraspol di babak utama Liga Champions. Mereka pendatang baru.
Sebagai tim yang berasal dari negara kecil, jangan bayangkan mereka langsung lolos seperti Real Madrid yang cukup hanya berada di peringkat empat besar Liga Spanyol di akhir musim.
Meski menjadi juara Liga Moldova 2020/21, Sheriff Tiraspol harus melalui jalan berliku penuh bebatuan terjal untuk sampai di babak utama. Klub yang baru berdiri tahun 1997 ini harus memulai dari babak kualifikasi pertama.
Ketika kompetisi liga-liga di Eropa musim 2021/22 belum berulir, mereka sudah harus berpeluh keringat di babak kualifikasi. Sheriff Tiraspol menang agregat 5-0 atas tim Albania, Teuta pada awal Juli lalu.
Mereka pun lolos ke babak kualifikasi kedua. Tiraspol berjumpa klub Armenia, Alashkert. Hasilnya, mereka kembali menang di laga home and away dengan agregat 4-1.
Berhasil melaju ke kualifikasi ketiga, Fc Sheriff lantas berjumpa lawan berat. Mereka menghadapi klub Serbia, Red Star Berlgrade yang pernah menjadi juara Piala/Liga Champions 1990/91.
Toh, tim berlogo bintang mirip logo seorang sherif di film-film Hollywood ini mampu unggul agregat 2-1 dalam dua pertandingan. Hebatnya, mereka menang 0-1 di markas Red Star.
Perjuangan tim asal Kota Tiraspol ini belum berhenti di situ. Mereka masih harus menjalani babak play off. Hasil undian mempertemukan Tiraspol dengan juara Liga Kroasia, Dinamo Zagreb.
Hasilnya, Tiraspol menang agregat 3-0. Mereka pun lolos ke babak utama (fase grup) Liga Champions untuk kali pertama.
FC Sheriff harus melewati empat 'pintu' terlebih dulu sebelum sampai ke panggung utama Liga Champions. Dan setiap pintu ada tantangan yang tidak mudah.
Jalan terjal itupula yang sempat membuat Fc Sheriff patah hati. Di musim 2010/11 silam, mereka nyaris lolos ke Liga Champions. Mereka mampu menang di kualifikasi. Namun, mereka kalah dari klub Swiss, FC Basel di babak ply off.
Karenanya, tidak mengherankan bila Sheriff Tiraspol kini sangat bersemangat tampil di Liga Champions.
Mereka tidak ingin sekadar lewat. Mereka ingin menikmati pengalaman tampil di Liga Champions yang mungkin tidak akan mereka dapatkan setiap tahun. Itulah yang terjadi saat mereka mengalahkan Shakhtar Donetsk dan juga Real Madrid.
Belum ada jaminan lolos ke babak knock out, butuh konsistensi
Fc Sheriff Tiraspol yang mengambil nama Sheriff dari perusahaan sponsor utama mereka, tentu ingin terus bersenang-senang di Liga Champions. Tapi awas, tantangan sebenarnya biasanya baru dimulai di matchday III.
Bahwa, meski meraih kemenangan beruntun di dua matchday awal, jalan Sheriff Tiraspol untuk lolos ke babak knock out 16 besar masih sangat panjang. Masih terjal.
Tidak ada jaminan bagi mereka akan lolos ke babak knockout usai mengalahkan Real Madrid. Sebab, masih ada empat pertandingan berat yang menantang konsistensi mereka.
Mereka masih harus dua kali melawan Inter Milan di laga away dan home. Lalu, menjamu Real Madrid di matchday kelima dan away ke markas Shaktar di laga terakhir.
Sheriff Tiraspol harus berkaca dari penampilan Shakhtar Donetsk di Liga Champions musim 2020/21 lalu.
Sebuah kebetulan, Real Madrid, Inter Milan, dan Shakhtar Donetsk, juga berada satu grup di musim lalu. Satu tim lainnya adalah tim Jerman, Borussia Monchengladbach.
Di musim lalu, Shahtar mampu membuat kejutan dengan mengalahkan Real Madrid di kandangnya pada matchday pertama. Mereka juga mengalahkan Madrid di laga home di matchday kelima.
Namun, yang terjadi di matchday akhir, kualitas yang akhirnya bicara.
Real Madrid lolos sebagai juara grup. Sementara Shakhtar gagal lolos ke babak 16 besar karena ada di peringkat tiga. Pasalnya, mereka kalah dua kali dari Munchengladbach.
Bila tidak ingin bernasib seperti Shakhtar di musim lalu, Sheriff Tiraspol wajib tampil konsisten. Tidak hanya tampil hebat ketika melawan tim-tim besar. Siapa tahu, Tiraspol memang bakal membuat kejutan dengan lolos ke babak 16 besar.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H