Kegagalan Barcelona mengalahkan Granada, bahkan nyaris kalah di kandang sendiri di Liga Spanyol, Selasa (21/9) dini hari tadi, seperti menjadi tamparan bagi pelatih Ronald Koeman.
Sejumlah media mengungkit kembali bagaimana pernyataan optimistis pelatih asal Belanda ini saat berbicara kepada media beberapa waktu lalu.
Ya, dalam wawancaranya dengan media pada dua pekan lalu, Ronald Koeman dengan percaya diri menyebut Barcelona punya masa depan cerah bersama dirinya.
Pernyataan percaya diri Koeman itu lantas menjadi populer. Jadi 'quote of the day' di beberapa akun Instagram. Salah satunya dipajang di ruang Instagram espnfc.
Akun ESPNfc memajang foto Koeman plus kutipan "Thanks to me, this club has a future".
Koeman mungkin ingin membesarkan hati pemain-pemainnya, juga pendukung Barcelona. Bahwa, sepeninggal Lionel Messi, I'Blaugrana masih bisa tampil bagus dan meraih prestasi.
Pencetak gol kemenangan Barcelona di final Piala/Liga Champions 1992 melawan Sampdoria ini juga ingin menegaskan, tim Katalan ini masih baik-baik saja bersama pemain-pemain asal Belanda.
Barcelona memang sempat membuat start yang terbilang bagus di awal kompetisi Liga Spanyol musim 2021/22 ini. Tiga pertandingan awal dilalui tanpa kalah.
Penyerang anyar asal Belanda, Memphis Depay juga langsung membberikan dampak besar. Dia mencetak dua gol dan membuat satu assist. Karenanya, Koeman percaya diri.
Gagal kalahkan Granada, Barcelona kini ada di peringkat 7
Catatan tidak terkalahkan Barcelona itu berlanjut dini hari tadi. Namun, kali ini tidak pujian. Lha wong Barcelona hanya bermain imbang 1-1 atas tim papan bawah, Granada. Padahal, pertandingan digelar di Camp Nou.
Seharusnya, Granada yang belum pernah menang di empat pertandingan sebelumnya, bukan lawan berat bagi Barcelona. Bahkan bisa menjadi 'makanan empuk'. Namun, yang terjadi, Barca malah merasakan kengerian bakal kalah di kandang sendiri.
Di awal pertandingan, gawang Barcelona sudah jebol di menit ke-2 ketika Domingos Duarte yang tidak terkawal, mudah saja menyundul boladari jarak dekat.
Barcelona mencoba merespons. Namun, Depay, Philippe Coutinho, Yusuf Demir, dan Frenkie De Jong, tidak mampu menciptakan peluang-peluang berbahaya.
Sepanjang 45 menit babak pertama, Barcelona nyaris tidak mampu menciptakan peluang yang bisa menjadi gol. Baru di masa added time, sundulan Arnold Araujo dan sepakan Sergino Dest mengancam gawang Granada.
Di babak kedua, butuh mencetak gol, Koeman memasukkan penyerang asal Belanda, Luuk de Jong, menggantikan Sergi Roberto. Namun, penyerang berusia 31 tahun ini tidak mampu menciptakan teror ke gawang Granada.
Di menit ke-78, Luuk de Jong sempat mendapat peluang bagus. Menyambut sepak pojok Depay, De Jong sempat lepas dari kawalan bek-bek Granada. Namun, sundulannya dari jarak dekat ternyata melangit. Bola melambung di tas gawang.
Merujuk momen itu, orang pun kembali mengungkit pernyataan Koeman yang menyebut Luuk de Jong bisa lebih berbahaya dari Neymar ketika banyak orang mempertanyakan keputusannya merekrut De Jong sebagai pengganti Antoine Griezmann.
"When there's a cross coming in, Luuk is more dangerous than Neymar," begitu kata Koeman.
Dalam hal memanfaatkan umpan, Luuk de Jong rasanya perlu belajar kepada Ronald Araujo.
Di laga itu, bek berusia 22 tahun asal Uruguay inilah yang paling sering mendapatkan peluang. Tiga kali. Dan yang ketiga menjadi gol di menit ke-90. Sundulannya meneruskan umpan Gavi, membuat Barcelona terhindar dari kekalahan.
Barcelona bak kembali ke masa kegelapan
Hanya mampu bermain 1-1 melawan Granada di Camp Nou jelas menjadi hasil mengecewakan bagi pendukung Barcelona. Meski, hasil itu juga tidak terlalu mengejutkan bila merujuk penampilan Barca sebelumnya.
Kita masih ingat, pada tengah pekan lalu, Barcelona dihajar Bayern Munchen 0-3 di Camp Nou pada matchday I Liga Champions (16/9). Camp Nou yang dulu acapkali menjadi neraka bagi tim lawan, kini malah berubah menjadi taman yang nyaman bagi tamu Barcelona.
Yang parah dari kekalahan itu, Barcelona tidak mampu menghasilkan satu pun shots on target alias nol peluang tepat sasaran sepanjang pertandingan. Barcelona juga bermain dengan mengandalkan serangan balik. Publik lantas menyebut Barcelona kini tidak lagi sama.
Ya, kita yang terbiasa menyaksikan Barcelona bersama Messi, pasti akan mengernyitkan dahi ketika melihat permainan Barca sekarang. Apalagi bila membandingkan dengan era keemasan ketika Xavi Hendrandez dan Andres Iniesta menjadi maestro di lini tengah Barcelona.
Kini, Barcelona seperti kembali ke masa kegelapan mereka. Bukan masa sebelum Messi tampil. Tapi lebih jauh lagi, kembali ke masa sebelum kehadiran Ronaldinho di tahun 2003.
Barcelona pernah puasa gelar alias tidak mendapat gelar apapun sepanjang periode 2000 hingga 2003. Penampilan mereka di Liga Spanyol melempem.
Di musim 2000/01, Barcelona finish di peringkat 4 Liga Spanyol. Sepanjang musim, mereka kalah sembilan kali dan hanya menang 17 kali dari 35 pertandingan. Mereka tidak beranjak dari peringkat 4 di musim 2001/02.
Pelatih asal Belanda, Louis van Gaal yang pernah memberi gelar dua kali juara Liga Spanyol, sekali juara Copa del rey, dan juara Piala Super Eropa dalam rentang 1997-2000, sampai dipanggil kembali di musim 2002/03. Tapi, dia juga tidak mendapat apa-apa di periode keduanya.
Malah, di musim 2002/03, Barcelona terdampar di peringkat 6. Mereka kalah 12 kali dan hanya menang 15 kali dalam semusim. Poin 56 mereka terpaut cukup jauh dari Real Madrid yang juara dengan 78 poin.
Nah, selama 'era kegelapan' itu, Barcelona juga diperkuat beberapa pemain Belanda seperti Frank de Boer, Philip Cocu, Michael Reiziger, dan Patrick Kluivert. Termasuk penyerang asal Argentina, Javier Saviola.
Baru di musim 2003/04, Barcelona mulai merevitalisasi tim seiring kehadiran Pelatih Frank Rijkaard dan pemain-pemain seperti Ronaldinho, Rafael Marquez. Lalu Samuel Eto'o dan Deco hadir semusim setelahnya. Plus pemain didikan akademi seperti Xavi dan Charles Puyol yang semakin matang.
Barcelona jadi runner-up di musim 2003/04 dengan berselisih lima poin dari Valencia (77 poin) yang menjadi juara.
Setelah satu musim, Rijkaard akhirnya membawa Barcelona kembali juara Liga. Bahkan bisa juara beruntun di musim 2004/05 dan 2005/06. Puncaknya saat Barcelona dibawanya jadi juara Liga Champions 2006 usai mengalahkan Arsenal 2-1. Itu gelar kedua Barca di Liga Champions.
Kini, suporter Barcelona tentu tidak berharap timnya kembali ke masa kegelapan seperti dulu. Koeman tentu diharapkan bisa membuat Barcelona bangkit.
Tiga pertandingan ke depan akan sangat menentukan bagi Barcelona. Dua laga di Liga Spanyol melawan Cadiz (24/9) dan menjamu Levante (26/9), serta away ke Portugal menghadapi Benfica di Liga Champions (30/9).
Andai tidak mampu tampil bagus dan gagal meraih kemenangan, bukan hanya masa depan Barcelona yang suram. Masa depan Koeman juga bakal gelap. Bukan tidak mungkin karier kepelatihannya di klub yang diidamkannya itu bakal berlangsung singkat. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H