Berbincang santai dengan calon mertua ataupun mertua ternyata bisa menjadi momen yang justru menegangkan bagi sebagian orang. Bisa serasa mati gaya.
Malah, ada seorang kawan yang mengaku bila momen berbincang dengan calon mertua membuat dirinya merasa insecure. Bahkan, ada yang sudah menikah tetapi tetap merasa grogi bila mengobrol dengan mertua.
Alasannya karena gugup. Sesuai maknanya di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berbuat atau berkata dalam keadaan tidak tenang; gagap; sangat tergesa-gesa; bingung.Â
Ya, merasa bingung untuk sekadar memulai obrolan. Ada rasa sungkan yang berlebihan. Atau bahkan cemas bila duduk berdua berdekatan tapi ternyata saling terdiam karena tidak tercipta komunikasi dua arah yang mengasyikkan.
Situasi seperti itu bisa terjadi karena tidak semua calon mertua itu senang membuka diri untuk berbincang dengan orang baru. Ada yang pendiam. Ada yang ingin diajak bicara dulu.
Apalagi bila hubungannya masih calon mertua dan calon menantu.
Kecemasan itu bisa menjadi berlipat. Merasa cemas bila karena sikap dan kemampuan dalam berbicara dengan orangtua, ternyata menjadi pertimbangan dan bisa berdampak pada restu terhadap hubungan yang sedang dijalani.
Nah, apakah sampeyan (Anda) pernah merasa seperti itu?
Saya mendadak teringat momen ketika dulu pertama kali mencoba membangun keakraban dengan calon mertua. Lebih tepatnya ayah mertua. Kala itu, kursi dan meja di teras rumah mertua menjadi saksinya.
Itu setelah akhir kemarin ada teman muda yang datang ke rumah. Dia lantas curhat.