Bellingham bersama Marco Reus dan Haaland bisa menjadi teror bagi lawan-lawan Dortmund. Bila Bellingham bisa terus bermain konsisten, fan Dortmund bisa melupakan kepergian Sancho.
AC Milan memang kalah dalam come back mereka di Liga Champions setelah bertahun-tahun hanya jadi penonton. Milan kalah 2-3 dari tuan rumah Liverpool di Anfield, Kamis (16/9) dini hari di laga perdana Grup B.
Namun, penampilan tim Italia juara tujuh kali Liga Champions ini menuai pujian. Milan belum lupa bagaimana cara bermain di Liga Champions. Utamanya sang kiper, Mike Maignan. Dia bahkan masuk tim terbaik Liga Champions matchday 1.
Maignan (25 tahun) tampil heroik di laga itu. Badannya lentur. Fisiknya kuat. Dia beberapa kali mampu mementahkan peluang Liverpool lewat Mohamed Salah dan Diogo Jota.
Salah satu momen terpenting bagi Maignan terjadi di menit ke-14 ketika Liverpool mendapat penalti. Maignan mampu memblok tendangan penalti Salah.
Maignan menjadi kiper pertama sejak 2017 yang mampu menggagalkan penalti Mo Salah. Seniornya di Timnas Prancis, Hugo Lloris bahkan tak mampu menghentikan penalti Salah seperti yang terjadi di final Liga Champions 2019 silam saat Liverpool mengalahkan Tottenham Hotspur.
Penampilan hebat Maignan membuat Milanisti mulai menyukainya. Mereka berangsur bisa melupakan kepergian Gianluigi Donnarumma yang hengkang ke PSG.
Selain empat nama pemain piguran yang menjadi superstar itu, beberapa nama tidak terkenal juga mencuri 'panggung' para pemain utama di matchday I kali ini. Tidak hanya pemain, juga klub.
Seperti klub asal Swiss, Young Boys yang membuat kejutan dengan mengalahkan Manchester United 2-1. Juga klub Belgia, Club Brugge yang menahan imbang 1-1 Paris Saint Germain meski memainkan Lionel Messi, Neymar, dan Kylian Mbappe.
Tapi memang, kejutan dari pemain piguran inilah yang membuat sepak bola tidak pernah kehilangan daya tarik. Andai setiap pertandingan selalu menjadi panggung bagi pemain utama, alangkah membosankannya sepak bola karena semuanya bisa ditebak. Tidak ada lagi momen unpredictable.