Pertandingan simulasi ini digelar bukan untuk gaya-gayaan agar ada beritanya di media. Namun, dengan minimnya turnamen akibat pandemi Covid-19, simulasi menjadi cara jitu untuk mengasah feeling game dan mematangkan persiapan atlet.
Meskipun melawan rekan sendiri, tetapi dengan adanya simulasi ini, pemain akan bisa merasakan atmosfer pertandingan yang sesungguhnya. Tidak sekadar berlatih.
Pertandingan simulasi itu juga menjadi salah satu faktor penilaian bagi tim pelatih untuk menentukan siapa saja pemain yang benar-benar siap dibawa ke kejuaraan beregu di Eropa. Untuk selengkapnya, silahkan mampir ke tulisan ini https://www.kompasiana.com/hadi.santoso/613a97f501019011e57371f3/kabar-kevin-cedera-dan-menengok-kesiapan-tim-indonesia-jelang-tampil-di-piala-sudirman.
Sebagai penikmat bulutangkis, kita percaya kepada PBSI. Bahwa, siapapun yang akan dipilih PBSI untuk tampil di Piala Sudirman 2021, semoga itu memang yang terbaik dan paling siap.
Sebab, kita sudah merindu terlalu lama melihat tim beregu Indonesia juara Piala Sudirman. Indonesia pernah sekali juara di edisi pertama tahun 1989 di Jakarta. Namun, sejak itu, Indonesia tidak pernah juara. Pernah enam kali masuk ke final tetapi selalu kalah. Semoga kali ini ceritanya lebih indah.
Salam bulutangkis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H