Dalam hati, sang ayah berkata, dia memutuskan membeli bendera merah putih itu bukan karena didorong rasa malu dengan tetangga bila memasang bendera lusuh dengan tiang kayu.
Tapi, baginya, merah putih harus dikibarkan dengan kebanggaan. Itu juga menjadi pembelajaran bagi anak-anaknya agar merasa ikut bangga ketika mengibarkan bendera merah putih.
Dia tidak merasa berat hati meski untuk membeli bendera itu, harus mengambil sedikit isi tabungannya yang semakin tergerus.
Toh, baginya, meski dalam situasi serba sulit, ada banyak hal yang masih bisa disyukuri. Seperti keluarga dalam kondisi sehat dan kemerdekaan. Juga masih mampu berikhtiar menjemput rezeki. Berapapun yang didapat, disyukuri.
"Bersyukur itu bukan hanya karena mendapat sesuatu, tetapi juga karena kita semua dalam kondisi sehat dan bebas beraktivitas. Semoga pandemi ini segera berakhir".
Itu kalimat motivasi yang seringkali ia sampaikan kepada istri dan anak-anaknya sejak pandemi berdampak pada banyak orang di negeri ini mulai April tahun lalu. Sebenarnya bukan memotivasi keluarganya, tetapi lebih untuk memotivasi dirinya menghadapi situasi pelik ini.
Daripada overthinking memikirkan situasi sulit, sang ayah punya jurus untuk meredakan stres. Dia lantas merajuk kepada Gaizan.
"Dek, tolong ayah diinjak-injak punggungnya ya, biar pegal-pegalnya hilang". (*)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H