Ya, bilapun media barunya itu tidak mendatangkan income dalam jumlah besar, tetapi minimal dia bisa menikmati pekerjaannya. Dia menjadi bos. Tidak diperintah oleh orang lain.
Hanya saja, tidak semuanya bisa menjadi bos.
Ada pula senior yang ketika pensiun, memulai dunia baru dengan tetap menjadi pekerja media. Pensiun dari perusahaan lama dan berpindah ke tempat kerja tapi statusnya tidak berubah.
Dulu, selepas pensiun dari perusahaan media dan bekerja sebagai staf humas di instansi pemerintah yang menjalin relasi dengan kawan-kawan media, saya terkadang merasa iba dengan kawan-kawan senior yang seperti ini.
Bayangkan, di usia 55 tahun-an bahkan lebih, masih harus meliput ke lapangan. Di siang yang panas ataupun saat hujan deras, mereka masih berjuang menaiki motor demi datang ke lokasi liputan.
Bahkan, sepengetahun saya, gaji yang didapat di tempat bekerjanya yang baru lebih rendah dari perusahaan sebelumnya. Karena medianya memang kecil.
Meski mungkin mereka tidak menganggap itu sebagai pekerjaan yang berat. Namanya saja passion. Jadinya malah menyenangkan. Kita saja yang melihat dari luar merasa itu berat.
Ada yang move on jadi pengusaha sukses
Namun, tidak semua "lulusan' pekerja media tidak bisa move on. Ada beberapa senior yang saya kenal, setelah pensiun dari 'pabrik koran', mereka menjalani kehidupan yang benar-benar berbeda.
Saya punya senior yang kini menjadi juragan warung ketan tenar di Surabaya yang omsetnya mencapai puluhan juta dan punya beberapa karyawan. Kawan senior itu menjadi pengusaha sukses.
Tetapi memang, bisnis yang dijalaninya itu tidak ujug-ujug besar dan sukses. Dia mulai merintisnya sejak jadi wartawan.