Wajar jika banyak dari mereka yang belum bisa move on. Setelah berpuluh-puluh tahun setiap harinya bekerja menulis, ketika tiba-tiba berhenti menulis, tentu rasanya akan aneh.
Sulit untuk mendadak melakukan pekerjaan yang baru dan berbeda dari sebelumnya. Bisa-bisa malah stres. Kecuali pekerjaan berbeda itu sudah mulai dirintis sejak dia bekerja di media.
Karenanya tidak terlalu mengherankan bila beberapa dari mereka tetap melanggengkan pekerjaan lamanya. Tetap menulis. Hanya di 'pabrik' yang berbeda.
Hanya saja, sepengetahuan saya, tidak semua beruntung.
Bagi yang mempunya kemampuan manajerial bagus dan punya bekal finansial lumayan, mereka mendirikan media online baru. Mereka mengajak beberapa kenalan dan merekrut karyawan. Mereka jadi bosnya.
Bisnis media bila dijalankan dengan kreatif memang masih bisa menghidupi. Utamanya dari pemasukan iklan. Apalagi, mereka sudah punya reputasi di dunia itu sehingga tidak sulit untuk mencari pemasukan.
Ada pula senior yang memilih jalan berbeda. Mereka membuat media online baru tapi tidak melulu berpikir profit oriented. Sekadar untuk menyalurkan hobinya menulis. Katanya supaya tidak stres.
Saya punya senior yang semasa puluhan tahun bekerja di 'pabrik koran' menjadi editor rubrik olahraga. Selain menulis, dia juga aktif mengurusi futsal. Olahraga yang digemarinya.
Karenanya, ketika pensiun, dia membuat media online yang khusus memberitakan futsal, sepak bola, dan olahraga. Dia merekrut satu penulis dan satu fotografer.
Meski media barunya itu tidak begitu besar dibandingkan dengan medianya rekan senior lainnya, dia mengaku senang.
Terkadang, dia masih datang sendiri ke lapangan untuk bertemu orang-orang. Malah pernah 'liputan' ke luar kota. Tidak hanya menulis, dia juga membuat konten youtube bertema dialog olahraga dengan dia sendiri tampil sebagai presenternya.