Eng Hian terbukti bisa memadukan mereka menjadi pasangan ganda putri kelas dunia.
Lewat kerja keras, semangat untuk terus berkembang, kemauan untuk memahami satu sama lain, dan mendengarkan arahan pelatih, Greysia/Apriyani tumbuh menjadi ganda putri top dunia.
Mereka mampu bersaing dengan ganda putri Jepang yang sedang jaya-jayanya pada rentang 2017-2018 itu. Termasuk beberapa kali bertemu dengan ganda putri China, Chen Qingchen/Jia Yifan yang menjadi lawan mereka di final Olimpiade.
Ketika mereka tampil di Olimpiade, awalnya mungkin tidak banyak yang menganggap mereka berpeluang meraih medali emas. Sorotan banyak orang lebih tertuju ke ganda putra.
Bukan hanya karena persaingan di ganda putri memang sangat ketat. Tapi juga karena faktor sejarah. Dalam sejarah Olimpiade, ganda putri Indonesia tidak pernah mampu sampai ke babak semifinal.
Tapi, banyak yang mungkin lupa, ganda putri Indonesia dilatih oleh pelatih yang pernah merasakan langsung tampil di Olimpiade. Ya, Eng Hian merupakan peraih medali perunggu di Olimpiade 2004 Athena. Dia bermain di ganda putra bersama Flandy Limpele.
Kala itu, mereka bahkan nyaris ke final sebelum dihentikan ganda Korea, Ha Tae-kwn/Kim Dong-moon yang sedang bagus-bagusnya dan meraih medali emas.
Pernah berjuang dan meraih medali di Olimpiade tentunya membuat Eng Hian tahu jalan untuk berhasil. Tahu kesusahan yang dirasakan atlet saat bermain di Olimpiade.
Dari situ, dia bisa punya formula dan pendekatan mental agar Greysia/Polii bisa melangkah jauh di Olimpiade 2020.
Dan seperti yang kita lihat, daya juang Greysia dan Apriyani selalu 'meledak' di lapangan. Mereka juga mampu tampil kalem dan sabar. Serta, komunikasi mereka di lapangan sangat cair. Mereka terus saling memotivasi ketika dalam situasi tertinggal dan saling mengingatkan agar tidak lengah ketika dalam posisi unggul.
Pada akhirnya, sejarah pun tercipta di Tokyo. Ganda putri Indonesia meraih medali emas untuk kali pertama di Olimpiade. Indonesia Raya berkumandang di Musashino Forest Sports Plaza.