Sukses ganda putri Indonesia, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu meraih medali emas bulutangkis Olimpiade 2020, Senin (3/8) menyisakan banyak cerita.
Itu raihan medali emas pertama bagi Indonesia di Olimpiade 2020. Juga medali emas pertama bagi ganda putri Indonesia setelah menunggu 29 tahun sejak bulutangkis dimainkan di Olimpiade 1992 Barcelona.
Bagi Greysia (33 tahun) dan Apriyani (23 tahun), pencapaian ini menjadi puncak prestasi dalam karier mereka. Sebab, dalam olahraga prestasi, Olimpiade-lah yang tertinggi.
Tentu saja, kita harus mengapresiasi perjuangan Greysia/Apriyani. Â Mereka tidak hanya berjuang di lapangan. Mereka juga jatuh bangun dalam persiapan road to Olimpiade. Terlebih, berlatih dan bertanding di masa pandemi tidaklah mudah. Tapi, mereka bisa memperlihatkan ketabahan yang luar biasa.
Tangan dingin pelatih Eng Hian
Ya, kerja keras, kesabaran, dan ketenangan yang mereka tunjukkan di setiap pertandingan di Olimpiade 2020 hingga akhirnya membuahkan pencapaian tertinggi, patut diacungi dua jempol.
Namun, jangan lupakan peran sang pelatih ganda putri, Eng Hian (44 tahun).
Ya, sukses Greysia dan Apriyani di Olimpiade 2020 tidak lepas dari peran dan tangan dingin coach Eng Ian dalam memoles mereka. Merujuk maknanya, tangan dingin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dimaknai sifat selalu membawa hasil. Eng Hian punya karakter tangan dingin itu.
Mengutip komentar legenda bulutangkis Indonesia, Hariyanto Arbi di akun Instagramnya, bahwa di balik atlet yang hebat ada pelatih-pelatih hebat yang mendampingi mereka.
"Peran pelatih ini memegang peranan penting. Karena ibarat produk bagus, selain bahannya harus bagus tentunya mesin cetaknya harus bagus," tulis Hariyanto Arbi.