Pertemuan pertama yang paling diingat terjadi di final Hong Kong Open 2017. Kala itu, Chen/Jia mengalahkan Greysia/Apriyani lewat rubber game. Tapi memang, Chen/Jia sedang bagus-bagusnya di tahun 2017 itu. Sementara Greysia/Apriyani baru dipasangkan.
Rujukan paling sahih untuk mengukur rivalitas mereka adalah pertemuan di tahun 2019, sebelum turnamen bulutangkis terhenti akibat pandemi.
Sepanjang tahun 2019, mereka bertemu tiga kali. Hasilnya, Greysia dan Apriyani kesulitan untuk mengalahkan Chen/Jia. Mereka selalu kalah.
Pertemuan pertama terjadi di perempat final All England, Maret 2019. Kala itu, Greysia/Apri kalah straight game 19-21, 17-21.
Lalu, mereka bertemu di semifinal Australia Open, Juni 2019. Greysia dan Apriyani kalah rubber game 13-21, 21-14, 18-21.
Lantas, mereka kembali bertemu di babak grup BWF World Tour Finals 12 Desember 2019. Hasilnya, Chen/Jia menang rubber game 17-21, 21-10, 21-16.
Ketenangan akan jadi penentu di final
Namun, yang patut diingat, penampilan sepanjang tahun 2019 itu membuat Greysia/Apriyani semakin berkembang. Di tahun 2020, mereka meraih tiga gelar di Indoensia Masters, Spain Masters, dan Thailand Open.
Terlepas dari nama besar Chen/Jia sebagai juara dunia dan pernah jadi world number one plus unggul dalam head to head di beberapa pertemuan terakhir, Greysia/Apriyani tidak perlu gentar.
Bagaimanapun ini final Olimpiade. Berbeda dengan turnamen-turnamen sebelumnya.
Untuk bisa meraih medali emas bukan hanya ditentukan teknik dan status, sebab secara teknik, pasangan yang bermain di final jelas setara. Tidak jauh beda dengan keunggulan masing-masing.