Kemenangan Greysia/Apriyani atas pasangan Jepang, Yuki Fukushima dan Sayaka Hirota di penyisihan grup bukanlah kemenangan biasa. Kemenangan itu menjadi parameter penampilan mereka di Olimpiade 2020 ini.
Kita tahu, Fukushima dam Hirota bukan hanya ganda putri ranking 1 dunia dan unggulan 1 di Olimpaide 2020. Lebih dari itu, mereka juga punya rekor dominan atas Greysia/Apriyani.
Bayangkan, dalam 10 kali perjumpaan, Greysia dan Apriyani kalah delapan kali dari ganda Jepang itu. Head to head mereka 2-8. Fukushima dan Hirota seperti tembok tebal yang sulit dilewati.
Karenanya, kemenangan rubber game 24-22, 13-21, 21-8 atas Fukushima dan Hirota di fase grup itu jelas menambah motivasi Greysia/Apriyani.
Bahwa, bila tampil dalam performa terbaik, mereka bisa mengalahkan pasangan world number 1. Artinya, Greysia/Apriyani bisa mengalahkan siapa saja.
Dan memang, bila melihat duel Greysia/Apriyani melawan Fukushima dan Hirota itu, kita akan tahu bagaimana pola main di ganda putri yang sangat berbeda dengan ganda putra yang lebih direct smash ataupu adu pukulan drive.
Di ganda putri, mereka yang menang adalah yang punya ketahanan, minim error, dan sabar menunggu kesempatan mencetak poin. Dan itu bisa dilakukan Greysia/Apriyani.
Faktor Greysia Polii
Dan, bekal keempat yang bisa membawa ganda putri Indonesia meraih medali di Olimpiade 2020 adalah faktor Greysia Polii.
Di usianya yang sudah 33 tahun, boleh jadi ini Olimpiade terakhir baginya. Karenanya, dia ingin meraih medali. Apriyani pasti juga ingin memberikan kenangan manis kepada seniornya itu.
Di akhir laga perempat final tadi, saya mencoba ikut merasakan bagaimana emosionalnya Greysia Polii begitu bisa memastikan lolos ke semifinal. Dia sampai menjatuhkan badannya di lapangan.