Olimpiade 2020 terancam batal  digelar?
Benar. Itu bukan kabar hoaks. Bukan pula pesan broadcast yang tidak jelas sumbernya tapi dibagikan di grup-grup WA.
Kabar ini malah sangat jelas sumbernya. Olimpade Tokyo 2020 yang opening ceremony nya rencananya digelar Jumat (24/7) nanti terancam batal di menit- menit akhir.
Jujur, saya cukup terkejut ketika mendapati kabar itu pada Shubuh tadi. Meski, dengan risiko penularan Covid-19 di Jepang masih cukup tinggi seperti dikabarkan media, kemungkinan itu bisa terjadi.
Saya lantas mencoba mencari tahu. Googling.Â
Hasilnya, beberapa media ternama seperti Reuters, ESPN, Forbes, CNN, Independent, semuanya kompak memunculkan pernyataan CEO Komite Penyelenggara Tokyo 2020, Toshiro Muto dalam jumpa pers kemarin.
Toshiro Muto mengatakan tidak mengesampingkan opsi pembatalan Olimpiade Tokyo pada menit-menit terakhir.
Kemungkinan itu menyusul semakin banyaknya atlet dinyatakan positif Covid-19. Apalagi, sponsor utama juga membatalkan rencana untuk menghadiri upacara pembukaan yang sedianya digelar di Tokyo pada Jumat nanti.
Dalam berita yang ditayangkan pada Selasa (20/7) waktu setempat, Forbes memuat judul lugas: "Tokyo 2020 Organizer Refuses to Rule Out Last-Minute Olympics Cancellation Amid Rising Covid-19 Infections".
Sementara CNN memuat judul headline "Tokyo 2020 boss not ruling at last minute cancellation of Olympic Games". Sedangkan Independent lewat kontributor asal Jepang, Sakura Murakami menulis berita berjudul "Tokyo 2020 chief refuses to rule out last-minute Olympic Games cancellation".
Media mengutip pernyataan Muto ketika diwawancara wartawan perihal apakah gelaran olahraga multievent dunia itu masih ada kemungkinan untuk dibatalkan. Dia mengatakan akan mengawasi jumlah kasus dan bila perlu akan menghubungi badan lain yang terkait penyelenggaraan.
"We will continue discussions if there is a spike in cases," ujar Muto dikutip dari Reuters.
Menurut Mito, pada situasi sekarang, pihaknya tidak bisa memprediksi apa yang terjadi dengan kasus virus corona. Bisa naik atau turun. Karenanya, pihaknya akan membicarakan situasinya dengan beberapa pihak. "Kami akan memikirkan apa yang harus kami lakukan ketika situasi itu muncul," sambung dia.
Dikutip dari Reuters, penyelenggara menyebut ada temuan 67 kasus ifneksi Covid-19 di Jepang sejak 1 Juli hingga Selasa (20/7) kemarin, ketika banyak atlet dan ofisial untuk Olimpiade mulai berdatangan di negeri bunga Sakura tersebut.
Penyelenggara diragukan bisa mengendalikan infeksi virus
Meski begitu, penyelenggara telah berjanji untuk membuat Olimpiade tetap "aman dan terjamin".
"Organisers were "concentrating 100% on delivering successful Games," begitu kata juru bicara Tokyo 2020.
Demi keamanan tersebut, penyelenggara pun membuat beberapa keputusan yang membuat Olimpiade Tokyo 2020 bakal berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Event akan diadakan tanpa penonton. Atlet akan bertanding dan berlomba di tempat kosong untuk meminimalkan risiko kesehatan. Bahkan, untuk pengalungan medali, atletnya sendiri yang akan melakukannya dengan medali ditaruh di nampan.
Sebelumnya, Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach beberapa bulan lalu mengatakan bahwa membatalkan acara tidak pernah menjadi opsi. Tes covid-19 harian dan pembeatasan pergerakan peserta telah diilakukan.
Tetapi memang, penyelenggara tidak memungkiri bila dukungan masyarakat di Jepang untuk penyelenggaraan Olimpiade ini menurun.
Hal itu diakui Ketua Panitia Penyelenggara Olimpiade, Seiko Hashimoto. Meski, pihaknya telah mengenalkan langkah-langkah keamanan untuk meyakinkan publik Jepang.
"I really want to apologise from my heart for the accumulation of frustrations and concerns that the public has been feeling towards the Olympics," ujar Hashimoto.
Hashimoto menyebut masyarakat khawatir karena mereka merasa situasi saat ini tampaknya menunjukkan bahwa pedoman yang dimaksudkan untuk menjamin keamanan, tidak memberikan rasa aman.
Dalam sebuah jajak pendapat di surat kabar Asahi, sebanyak 68% responden menyatakan keraguan tentang kemampuan penyelenggara Olimpiade untuk mengendalikan infeksi virus corona. Bahkan, sebanyak 55% responden mengatakan mereka menentang Olimpiade yang akan berlangsung.
Ujian besar pertama bagi penyelengara tentang bagaimana Olimpiade dapat diadakan di tengah pandemi, akan terlihat di cabang sepak bola sepak bola putra.
Ketika tim Jepang menghadapi tim Afrika Selatan. Pertandingan itu akan berlangsung pada hari Kamis, sehari sebelum upacara pembukaan.
Beberapa atlet dinyatakan positif
Seperti kita ketahui, Olimpiade 2020 Tokyo seharusnya digelar pertengahan tahun lalu. Namun, virus Covid-19 yang mewabah di Jepang dan banyak negara di dunia, membuat event olahraga empat tahunan itu tidak bisa digelar sesuai jadwal.
Pihak penyelenggara pun memundurkan jadwalnya setahun di 2021. Tapi embel-embel tahun 2020 tetap melekat meski Olimpiade digelar di tahun 2021.
Kini, setelah setahun, ternyata pandemi belum sepenuhnya hilang. Penyelenggaraan Olimpiade Tokyo masih dihantui virus corona.
Reuters melaporkan, Federasi Bisbol Meksiko menyebut dua anggota tim bisbol Olimpiade Meksiko dinyatakan positif Covid-19 di hotel tim sebelum keberangkatan mereka ke Tokyo.
Para atlet bisbol Meksiko, Hector Velazquez dan Sammy Solis, yang dites positif pada hari Minggu, telah diisolasi. Seperti halnya semua anggota tim menunggu hasil tes lebih lanjut.
Sebelumnya, atlet bulutangkis Surineme, Sren Opti dinyatakan positif Covid-19. Atlet badminton berusia 24 tahun ini pun harus mundur dari Olimpiade 2020 seperti yang saya tulis di Atlet Badminton Suriname Positif, Ginting dkk Jalani Prokes Superketat Jelang Olimpiade.
Setelah berlatih intens dan menjaga kondisi fisik di masa pandemi tetapi ujung-ujungnya malah tidak bisa tampil di Olimpiade. Bisa dibayangkan bagaimana kecewanya dia.
Apa yang terjadi pada Suren Opti itu jelas menjadi momok bagi siapa saja atlet yang bersiap tampil di Olimpiade. Termasuk atlet-atlet dari Indonesia.
Ya, para atlet Indonesia yang akan tampil di Olimpiade Tokyo 2020 tidak hanya harus berjuang meraih medali untuk negara. Mereka juga harus menjaga kesehatan selama berada di Tokyo. Menjaga diri agar tidak terinfeksi virus.
Meski mengejar prestasi di Olimpiade yang merupakan pencapaian tertinggi bagi seorang atlet, tetapi di masa pandemi seperti sekarang, kesehatan menjadi yang utama.
Para atlet yang telah melakukan persiapan panjang tersebut tentu berharap Olimpiade tetap berjalan sesuai rencana. Lha wong mereka sudah bersiap jauh-jauh bulan dan sudah berada di Jepang. Tinggal bertanding saja.
Kita selaku suporter mungkin juga punya harapan sama. Kita ingin menyaksikan atlet-atlet Indonesia tampil hebat dan membanggakan negara di Olimpiade 2020.
Karenanya, perihal Olimpiade bakal jalan terus atau tidak, kita serahkan kepada pihak penyelenggara. Kita berharap semoga panitia penyelenggara punya keputusan terbaik.
Bila memang Olimpiade jalan terus, pihak penyelenggara wajib punya formula untuk menjamin keamanan dan keselamatan atlet dan ofisial dari ancaman terinfeksi virus.
Jangan sampai, ketika ada ribuan atlet dari banyak negara di dunia hadir di Tokyo, justru itu akan menjadi klaster infeksi virus.
Itupula yang dikhawatirkan masyarakat Jepang. Utamanya kemungkinan yang terjadi di desa atlet, untuk urusan akomodasi, dan juga interaksi atlet dengan penduduk setempat.Â
Harapan yang terbaik untuk Olimpiade dan juga semua kontingen yang ada di sana. Salam sehat.
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H