Sementara CNN memuat judul headline "Tokyo 2020 boss not ruling at last minute cancellation of Olympic Games". Sedangkan Independent lewat kontributor asal Jepang, Sakura Murakami menulis berita berjudul "Tokyo 2020 chief refuses to rule out last-minute Olympic Games cancellation".
Media mengutip pernyataan Muto ketika diwawancara wartawan perihal apakah gelaran olahraga multievent dunia itu masih ada kemungkinan untuk dibatalkan. Dia mengatakan akan mengawasi jumlah kasus dan bila perlu akan menghubungi badan lain yang terkait penyelenggaraan.
"We will continue discussions if there is a spike in cases," ujar Muto dikutip dari Reuters.
Menurut Mito, pada situasi sekarang, pihaknya tidak bisa memprediksi apa yang terjadi dengan kasus virus corona. Bisa naik atau turun. Karenanya, pihaknya akan membicarakan situasinya dengan beberapa pihak. "Kami akan memikirkan apa yang harus kami lakukan ketika situasi itu muncul," sambung dia.
Dikutip dari Reuters, penyelenggara menyebut ada temuan 67 kasus ifneksi Covid-19 di Jepang sejak 1 Juli hingga Selasa (20/7) kemarin, ketika banyak atlet dan ofisial untuk Olimpiade mulai berdatangan di negeri bunga Sakura tersebut.
Penyelenggara diragukan bisa mengendalikan infeksi virus
Meski begitu, penyelenggara telah berjanji untuk membuat Olimpiade tetap "aman dan terjamin".
"Organisers were "concentrating 100% on delivering successful Games," begitu kata juru bicara Tokyo 2020.
Demi keamanan tersebut, penyelenggara pun membuat beberapa keputusan yang membuat Olimpiade Tokyo 2020 bakal berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Event akan diadakan tanpa penonton. Atlet akan bertanding dan berlomba di tempat kosong untuk meminimalkan risiko kesehatan. Bahkan, untuk pengalungan medali, atletnya sendiri yang akan melakukannya dengan medali ditaruh di nampan.
Sebelumnya, Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach beberapa bulan lalu mengatakan bahwa membatalkan acara tidak pernah menjadi opsi. Tes covid-19 harian dan pembeatasan pergerakan peserta telah diilakukan.