Para atlet Indonesia yang akan tampil di Olimpiade Tokyo 2020 tidak hanya harus berjuang meraih medali untuk negara. Mereka juga harus menjaga kesehatan selama berada di Tokyo.
Bagi pebulutangkis Indonesia yang pernah tampil di Olimpiade sebelumnya seperti Hendra Setiawan, Mohammad Ahsan, Greysia Polii dan Praveen Jordan, musuh mereka kini ada dua. Tidak hanya lawan yang mereka hadapi di lapangan, tetapi juga ancaman virus.
Pasalnya, gelaran Olimpiade yang sempat ditunda setahun ini masih berada dalam bayang-bayang ancaman Covid-19. Laksana hantu, virus ini tidak kasat mata. Tapi menyeramkan seperti yang ada di film.
Terlebih, data yang dilansir oleh Reuters kemarin, Tokyo saat ini masih memberlakukan keadaan darurat hingga setelah Olimpiade berakhir pada 8 Agustus.
Dikutip dari Kontan, ibu kota Jepang ini mencatat 1.149 kasus Covid-19 baru pada hari Rabu (14/7) lalu. Itu jumlah terbesar dalam hampir enam bulan.
Karenanya, tidak semua publik di negeri Sakura mendukung gelaran Olimpiade. Sebagian masyarakatnya cemas bila event multi olahraga terbesar di dunia ini akan memicu gelombang infeksi.
Memang, selama Olimpiade, penonton tidak akan dizinkan masuk ke tempat-tempat olahraga. Penerapan protokol kesehatan ketat untuk semua kontingen Olimpiade.
Toh, namanya kekhawatiran tidak serta merta hilang. Apalagi, ada ribuan atlet dari seluruh dunia yang akan berada di lapangan dan gelanggang olahraga di Tokyo.
Sebagai contoh, gelaran All England pada Maret 2021 lalu, dihantui Covid-19 yang berujung didiskualifikasinya pemain-pemain Indonesia. Kala itu, rombongan pemain Indonesia dituding berada satu pesawat dengan seorang penumpang yang diketahui positif.
Pemain badminton Suriname gagal tampil karena positif Covid-19
Nah, bayang-bayang kejadian pahit di turnamen All England tersebut belum hilang.