Dan, semesta ternyata ingin melihat Messi meraih trofi bersama Argentina mendekati pengujung kariernya. Di usianya yang sudah 34 tahun. Andai dia gagal lagi, Messi mungkin tidak akan pernah memenangi Copa America.
Seperti Leaonardo Di Caprio, Messi akhirnya sukses usai berkali-kali gagal
Gelar Copa America itu diraih Messi lewat perjuangan dashyat. Entah berapa kali dia dilanggar, dikasari, dijatuhkan, ditendang oleh pemain lawan sepanjang turnamen Copa America 2021.
Bahkan, ketika melawan Kolombia di semifinal, kamera menyoroti kaos kakinya berdarah usai dikasari pemain lawan. Kakinya berdarah. Tapi, dia tetap tabah. Dia tetap bermain.
Karenanya, ketika final usai, terlihat betapa bahagianya Messi. Utamanya ketika rekan-rekannya memeluknya. Aura bahagia Pemain Terbaik Dunia enam kali ini bahkan lebih terang dibandingkan ketika dia meraih gelar bersama Barcelona.
Maklum, itu memang akhir dari penantian yang sangat panjang. Bahkan mungkin juga akhir dari kecemasan. Messi boleh jadi cemas bila seandainya dirinya gantung sepatu tapi belum bisa memberikan piala untuk Argentina.
Dari Messi kita bisa belajar bagaimana bersikap tabah dalam menyikapi kegagalan. Hanya perlu terus berproses sampai waktu yang tepat untuk menang.
Nah, bagian menjaga motivasi agar terus menjaga 'standar bekerja' setelah merasakan kegagalan ini yang sulit. Hanya orang-orang tangguh yang bisa melakukannya.
Ada banyak contoh, mereka yang pernah gagal di momen puncak, lantas kariernya meredup. Sulit untuk kembali berada di level terbaiknya.
Melihat perjalanan sukses Messi, saya jadi teringat dengan aktor top Hollywood, Leonardo Wilhelm DiCaprio.
Sama seperti Messi, aktor keren ini juga pernah merasakan serangkaian kegagalan di ajang Academy Award atau yang ngetop dengan sebutan Oscar.