Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Italia ke Final Usai Menang Adu Penalti, tapi Spanyol "Pemenang Sejati"

7 Juli 2021   06:18 Diperbarui: 10 Juli 2021   03:52 7989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski tertekan sepanjang pertandingan, Italia mampu lolos ke final Euro 2020. Italia lolos ke final usai mengalahkan Spanyol 4-2 (1-1) lewat adu penalti di semifinal yang digelar di Stadion Wembley, Rabu (7/7) dini hari/Foto: Times of India.

Meski tertekan sepanjang pertandingan, Italia mampu lolos ke final Euro 2020.

Italia melangkah ke final usai mengalahkan Spanyol 4-2 (1-1) lewat adu penalti di laga semifinal yang digelar di Stadion Wembley, Rabu (7/7) dini hari.

Adu penalti menjadi penentu siapa tim yang mendapat 'tiket' tampil di final usai kedua tim bermain 1-1 di masa normal 2x45 menit dan perpanjangan waktu 2x15 menit.

Italia yang tampil kurang agresif dan lebih banyak menunggu, mampu unggul lebih dulu lewat gol apik Federico Chiesa di menit ke-60. Gol itu tercipta lewat serangan balik cepat.

Spanyol menyamakan skor pada 10 menit jelang laga berakhir lewat gol Alvaro Morata yang baru dimainkan di babak kedua.

Gol itu menghentak pemain-pemain Italia yang setelah unggul bermain lambat dengan mendelay permainan demi mempertahankan keunggulan. Sebaliknya, Spanyol bernafsu menambah gol di sisa 10 menit terakhir.

Toh, hingga akhir laga bahkan hingga akhir perpanjangan waktu, skor 1-1 tidak berubah. Laga pun ditentukan lewat adu penalti.

Italia mendapat giliran pertama. Anak muda, Manuel Locatelli (23 tahun) maju sebagai penendang pertama. Dia beradu mata dengan Unai Simon, kiper Spanyol.

Tugas yang berat bagi Locatelli. Simon (23 tahun) sudah teruji dalam adu penalti. Sebelumnya, di babak perempat final, dia tampil sebagai hero kala Spanyol menang adu penalti melawan Swiss.

Dan benar saja, Locatelli gagal. Sepakannya ke arah kanan gawang, bisa diblok oleh Unai Simon.

Giliran Dani Olmo (23 tahun), penendang pertama Spanyol, maju. Dia berkesempatan membawa Spanyol unggul. Ternyata, sepakannya melangit ke arah tribun penonton.

Ketegangan berlanjut.

Dua penendang Italia berikutnya, Andrea Belotti dan Leonardo Bonucci sukses. Belotti mengarahkan bola sama persis seperti Locatelli. Tapi, tendangannya keras dan presisi. Sementara sepakan Bonucci ke kiri gawang, memedaya Simon.

Toh, dua eksekutor penalti Spanyol, Gerrad Moreno dan Thiago Alcantara juga sukses. Sepakan Alcantara sangat berkelas. Tenang. Memedaya Gianluigi Donnarumma.

Drama terjadi saat penendang keempat. Federico Bernardeschi membawa Italia kembali unggul 3-2 ketika tendangannya ke pojok kiri gawang, gagal dihalau Simon.

Tiba giliran Morata maju. Donnarumma yang di Liga Italia sering berhadapan dengan Morata, rupanya sudah paham ke mana bola akan ditendang. Yang terjadi, Donnarumma tepat membaca arah bola sepakan Morata ke kiri gawang.

Ketika menunjuk Morata, Pelatih Spanyol, Luis Enrique mungkin lupa 'mitos' di sepak bola.

Bahwa, pemain yang mencetak gol di waktu normal, seringkali gagal dalam adu penalti. Sudah banyak contohnya baik di level klub maupun Timnas.

Situasi 3-2 dengan hanya menyisakan satu penendang itu sangat menguntungkan Italia. Sebab, Italia punya dua kesempatan untuk memenangkan adu penalti dan melenggang ke final.

Bila penendang kelima berhasil, Italia menang. Pun, andai penendang kelima itu gagal, Italia belum tamat karena Donnarumma bisa saja menggagalkan penendang kelima Spanyol.

Jorginho maju. Bukan tanpa alasan bila Pelatih Italia, Roberto Mancini menunjuk gelandang berusia 29 tahun ini sebagai penendang kelima. Sebagai penentu. Jorginho merupakan salah satu penendang penalti terbaik di Eropa. Itu sudah dia buktikan di klubnya, Chelsea.

Dan, dengan gerakan khasnya mengangkat satu kaki sebelum menendang, Jorginho seolah menghipnotis Simon. Kiper Spanyol itu mematung. Jorginho lantas menendang bola ke kiri gawang.

Drama adu penalti itu pun usai. Italia menang 4-2 atas Spanyol. Gli Azzurri lolos ke final.

Jorginho dan kawan-kawan tinggal menunggu lawan di final. Inggris atau Denmark yang bakal berhadapan di semifinal, Rabu (7/7) malam waktu London atau Kamis (8/7) dini hari waktu Indonesia.

"Saya mencoba tenang sebelum adu penalti dimulai karena saya percaya diri bisa membantu tim untuk menang," ujar Donnarumma dikutip dari uefa.com.

Spanyol mendominasi permainan

Adu penalti memang episode paling kejam dalam sepak bola. Penuh misteri. Sulit ditebak. Juga menguras emosi.

Spanyol hanya bisa mengutuk nasibnya. Semesta ternyata tidak memilih mereka untuk tampil di final.

Padahal, La Furia Roja--julukan Spanyol mampu mendominasi laga semifinal itu. Merujuk permainan dan statistik pertandingan, Spanyol-lah pemenang sesungguhnya. Pemenang sejati.

Sepanjang pertandingan, Spanyol mampu mendikte Italia. Ya, di hadapan pemain-pemain Spanyol, Italia yang di babak sebelumnya tampil aduhai, kali ini bermain B saja.

Trio gelandang Spanyol, Sergio Busquets-Koke-Pedri, mampu mengungguli trio Marco Veratti, Nicolo Barella, dan Jorginho. Karenanya, Spanyol mampu mendominasi permainan hingga setengah lapangan.

Bahkan, ketika bola dikuasai kiper Italia, dua pemain Spanyol sudah bersiap melakukan pressing. Itu membuat pemain-pemain Italia tidak setenang biasanya ketika menguasai bola.

Di babak pertama, Spanyol unggul ball possession 60 persen lebih. Nyaris tidak ada peluang berbahaya dari pemain-pemain Italia yang membahayakan gawang Spanyol.

Tidak tampilnya bek kiri Leonardo Spinazzola karena cedera memang membuat Italia berbeda. Spanyol terus menekan Italia dari sisi kiri yang ditinggalkan Spinazzola.

Baca artikel terkait : https://www.kompasiana.com/hadi.santoso/60e3a38a06310e0e7e34cb52/kabar-duka-memotivasi-italia-mengalahkan-spanyol-di-semifinal.

Di babak kedua, entah apa yang disampaikan Mancini di ruang ganti, Italia bisa lebih berkembang. Di lorong menuju lapangan, kamera juga menyoroti Barella yang tampak berdiskusi dengan Veratti dan Insigne. Mereka mematangkan strategi.

Di menit ke-60, berawal dari serangan Spanyol yang gagal, Italia melakukan serangan balik. Hanya lewat dua tiga sentuhan, bola ada di kaki Chiesa usai menerima sodoran Ciro Immobile.

Chiesa pun lantas mencetak gol keduanya di Euro 2020. Federico Chiesa membuktikan, di panggung Euro, dirinya lebih hebat dari bapaknya, Enrico Chiesa yang dulu gagal membawa Italia berjaya di Euro 1996 di Inggris.

Merespons gol itu, Enrique lantas memasukkan Morata dan Gerard Moreno untuk menambah daya serang. Termasuk Rodri untuk menggantikan Koke. Hasilnya, Morata menyamakan skor usai meneruskan umpan Dani Olmo.

Data statistik pertandingan menunjukkan, Spanyol unggul ball possession 71 persen. Mereka melakukan 908 umpan berbanding 387 umpan pemain-pemain Italia.

Spanyol juga menghasilkan 16 kali shots. Namun, hanya lima saja yang mengarah ke gawang. Italia meski hanya melakukan 7 shots, tetapi 4 di antaranya mengarah ke gawang.

Dalam hal ini, Spanyol-lah pemenang sesungguhnya. Spanyol masih menjadi yang terbaik dalam urusan permainan passing yang bisa mendikte lawan-lawannya.

Persis seperti ketika Spanyol masih memiliki Xavi, Andres Iniesta, David Silva atau Cesc Fabregas saat mengalahkan Italia di final Euro 2012 silam.

Silahkan baca artikel terkait : https://www.kompasiana.com/hadi.santoso/60e3fdad15251043ec752fa2/mengenang-dominasi-spanyol-di-final-euro-2012-kini-italia-punya-faktor-x.

Bedanya, kali ini, Luis Enrique kurang memiliki gelandang yang bisa mencetak gol. Busquest, Koke, dan Pedri memang bagus dalam urusan mengatur serangan. Tapi, mereka bukan tipikal penyelesai.

Dan itu menjadi bumerang bagi Spanyol. Ketidakmampuan mencetak beberapa gol meski menguasai permainan, membuat Spanyol 'dihukum' saat adu penalti. Italia tampak lebih siap.

"Kami sudah melakukan yang terbaik yang bisa kami lakukan. Kami memenangi, cepat menutup ruang ketika kehilangan bola," ujar Sergio Busquets dikutip dari uefa.com.

Bagi Busquets, Spanyol-lah pemenang sesungguhnya di pertandingan ini. Pemain Barcelona ini menyebut, semua orang mungkin menggunggulkan Italia sebagai favorit pemenang.

"Tapi, kami menunjukkan lebih superior dibanding mereka. Kami tim yang mendominasi di pertandingan ini. Tapi, sepak bola terkadang seperti ini. Yang bisa kami lakukan sekarang hanyalah memberi selamat untuk Italia," sambung pemain yang sudah membela Spanyol sejak Euro 2012 ini.

Meski gagal ke final, Spanyol tidak perlu patah hati. Luis Enrique telah menunjukkan kepada dunia, Spanyol punya tim potensial yang berisikan pemain-pemain muda. 

Spanyol yang di Euro 2020 awalnya diremehkan, ternyata tampil dashyat. Semesta saja yang tidak memihak mereka bablas ke final. Tapi, bukan tidak mungkin, Spanyol akan 'meledak' di Piala Dunia 2022 dan Piala Eropa mendatang. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun