Di menit ke-81, Sterling hampir saja membuat kekacauan. Ketika umpannya ke rekannya terlalu lemah dan bisa dicuri pemain Jerman. Tahu-tahu bola sudah dikaki Thomas Muller yang tinggal berhadapan dengan Jordan Pickford.
Beruntung bagi Inggris, sepakan Muller ternyata melebar dari gawang. Kamera memperlihatkan, Sterling tampak down ketika bola ada di kaki Muller itu.
Di menit ke-86, Grealish (25 tahun) membuktikan dirinya memang layak mendapatkan menit bermain lebih. Lewat serangan balik, dari sisi kanan pertahanan Jerman, pemain bernomor punggung 7 ini mengirim umpan ke arah gawang yang lantas disundul Kane.
Itu gol pertama Kane di Euro 2020. Setelah 'lupa' caranya bikin gol di fase grup, Kane mencetak gol di saat yang tepat. Ketika Jerman berusaha keras untuk menyamakan skor dan memaksakan perpanjangan waktu.
Ya, gol Kane itu membuat pertandingan game over lebih cepat bagi Jerman. Inggris unggul dua gol dengan sisa waktu empat menit. Di momen itu, kita sudah tahu siapa pemenangnya.
Bagi Southgate, kemenangan Inggris atas Jerman di Euro 2020 ini seolah menghapus mimpi buruk yang bertahun-tahun menghantuinya.
Ya, setelah 25 tahun usai kekalahan Inggris dari Jerman di Euro 1996, Southgate akhirnya mendapatkan 'keadilan'. Dia bisa membawa Inggris mengalahkan Jerman. Luka lama itu sudah hilang.
Inggris bertemu Ukraina di perempat final
Setelah lolos ke perempat final, mungkinkah ini waktunya bagi Inggris untuk mengangkat piala? Juara Piala Eropa untuk kali pertama. Seperti slogan para fan mereka, "It's coming home".
Bicara slogan itu, saya teringat dengan tulisan sastrawan Gabriel Possenti Sindhunata dalam trilogi buku terkenalnya, "Catatan Sepak Bola Sindhunata".
Romo Sindhunata mengandaikan Inggris sebagai ibu sepak bola yang kesepian. Sebab, 'anak yang bernama bola', sejak sepak bola dimainkan di London pada 1863 oleh beberapa pemuda, selama bertahun-tahun, bola itu pergi ke mana-mana. Ia disayang oleh siapa saja. Ia seakan tidak mau kembali ke pelukan ibunya.