Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Phil Foden, Paul Gascoigne, dan Inggris yang Entah Kapan "Meledak"

19 Juni 2021   08:40 Diperbarui: 20 Juni 2021   00:19 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Phil Foden (kiri) yang diharapkan menjadi The New Paul Gascoigne, masih belum bisa tampil meledak bersama Timnas Inggris. Dini hari tadi, Inggris bermain 0-0 melawan Skotlandia/Foto: The Guardian/Getty Images

Awal Juni lalu, beberapa hari jelang dimulainya Euro 2020, gelandang muda Inggris, Phil Foden, viral di media.

Foden (21 tahun) mewarnai rambutnya jadi lebih glowing. Warna putih perak. Melihat itu, penggemar bola langsung teringat dengan sosok Paul Gascoigne.

Di Euro 1996 silam, ketika Inggris jadi tuan rumah, Gascoigne yang bermain sebagai gelandang serang, juga tampil dengan rambut berwarna perak.

Foden belum lahir ketika Gascoigne nyaris membawa Inggris ke final Euro 1996 (kalah adu penalti dari Jerman di semifinal). Namun, dia mengaku banyak menonton video permainan sang idola yang kini berusia 54 tahun.

Ketika ditanya wartawan perihal alasan dirinya meng-copy gaya rambut Gascoigne, Foden menjawab singkat: "Setidaknya, di lapangan nanti, akan ada dari saya yang sama dengan dia."

Foden yang terpilih sebagai pemain muda terbaik Premier League 2020/21 memang acapkali dianggap titisannya Gascoigne. Utamanya dalam kemampuannya berlari sambil men-drible bola. Dia salah satu pemain muda potensial yang dimiliki Inggris.

Kemarin, jelang Inggris menghadapi Skotlandia di pertandingan kedua Grup D, orang kembali teringat nama Gascoigne.

Di Euro 1996 silam, Gazza--panggilan Gascoigne mencetak gol apik saat Inggris menghadapi Skotlandia. Kebetulan, laga itu juga terjadi di laga kedua fase grup.

Kala itu, menerima bola dari Darren Anderton, Gazza melakukan gerakan tak terduga dengan mencungkil bola di atas kepala bek Skotlandia, Collin Hendry sehingga mati langkah. Gascoigne lantas mencetak gol yang membawa Inggris unggul 2-0. Gol itu jadi salah satu gol ikonik Euro.

Kenangan akan gol ajaib Gascoigne itu kembali hidup. Publik Inggris berharap, Foden bisa menginspirasi The Three Lions untuk mengalahkan Skotlandia seperti halnya di Euro 1996 silam.

Inggris tampil melempem, bermain 0-0 melawan Skotlandia

Namun, harapan itu tidak kesampaian. Sebab, yang terjadi, Sabtu (19/6) dini hari tadi, Inggris tampil melempem bak kerupuk tersiram air.

Inggris gagal mencetak gol dan hanya bermain 0-0 melawan Skotlandia di Wembley Stadium. Padahal, antusiasme publik Inggris sedang tinggi-tingginya untuk mendukung tim nasional mereka seiring kemenangan di laga pertama. Plus dipengaruhi kenangan Euro 1996.

Ada 20.036 orang yang hadir di Wembley untuk menyaksikan laga Inggris melawan Skotlandia itu. Jumlah itu lebih besar dibanding 18.497 orang yang hadir saat Inggris mengalahkan Kroasia di laga pertama (13/6).

Menghadapi Skotlandia yang pemain-pemainnya banyak bermain di Premier League, Pelatih Inggris, Gareth Southgate melakukan dua perubahan di staring XI dari tim yang menghadapi Kroasia.

Reece James dimainkan sebagai bek kanan dan Luke Shaw di kiri. Sementara Kyle Walker dan Kieran Trippier tidak masuk tim. Selebihnya tidak ada perubahan.

Kalvin Phillips yang dipuji tampil apik saat melawan Kroasia, bertandem dengan Declan Rice sebagai holding midfielder. Sementara Phil Foden, Mason Mount, dan Raheem Sterling tetap dipercaya mendukung Harry Kane sebagai striker tunggal.

Dengan komposisi 4-2-3-1 itu, Inggris memang lebih menguasai permainan persentase ball possession menunjuk 61 persen untuk Inggris. Plus melakukan 559 operan.

Sebenarnya, secara penguasaan bola dan distribusi bola di lapangan, permainan Inggris lebih oke ketimbang saat melawan Kroasia. Hanya saja, Inggris kali ini kesulitan mendapatkan peluang.

Bayangkan, sepanjang laga, Inggris hanya bisa melakukan 1 shots on target (tembakan yang mengarah ke gawang) dari 9 kali percobaan.

Satu jam pertandingan berjalan tapi tidak ada perubahan, Southgate lantas melakukan pergantian pemain. Dia menarik keluar Foden di menit ke-63 dan memasukkan Jack Grealish.

Lantas, di menit ke-74, Southgate menarik keluar Harry Kane. Marcus Rashford masuk ke lapangan.

Kane sejauh ini memang belum bisa "meledak". Pemilik jersey nomor 9 ini belum mampu menjawab harapan sebagai mesin gol. Padahal, dia tampil di Euro dengan status pencetak gol terbanyak Premier League dengan 23 gol.

Southgate dituding tak punya game plan

Mengapa Inggris tampil melempem?

Hasil tanpa gol itu direspons sinis oleh fan Inggris. Mereka menganggap itu pertandingan yang sungguh membosankan. Boring.

Dalam postingan di akun Instagram Sky Sport perihal skor 0-0 itu, ada 3800 fan berkomentar. Apa komentar mereka?

Tidak jauh beda dengan penggila bola di Indonesia, mereka mencoba menganalisis apa yang salah dengan penampilan Inggris tadi pagi. 

Mayoritas menyoroti keputusan Southgate selama pertandingan. Mereka menilai Southgate tidak punya game plan jelas menghadapi Skotlandia yang gaya bermainnya mirip Inggris.

Salah satu keputusan Southgate yang paling disorot adalah menarik keluar Phil Foden. Memang, Foden, sang titisan Gascoigne itu belum bisa tampil meledak di dua pertandingan Euro 2020 ini. Penampilannya belum sedashyat ketika bermain di timnya, Manchester City.

Namun, menjadi pertanyaan ketika Foden ditarik keluar, sementara Raheem Sterling justru tetap berada di lapangan sampai akhir pertandingan. Padahal, Foden masih bisa memberikan kejutan ketimbang Sterling yang tidak sedang tampil bagus.

Hanya mengganti dua pemain ketika permainan kurang berkembang juga menjadi bukti bahwa Southgate kurang berani dalam mengambil keputusan.

Padahal, di bench Inggris masih ada Jadon Sancho, Dominic Calvert-Lewin ataupun Jude Bellingham. Fan Inggris membayangkan Sancho, Foden, Mount bermain bersama.

Hasil 0-0 itu juga tidak melulu karena Inggris tampil melempem. Tapi karena Skotlandia yang tampil apik. Utamanya di lini tengah.

Keputusan Pelatih Steve Clarke memainkan skema 3-5-2 dengan menumpuk pemain di lini tengah, juga membuat Skotlandia tampil solid.

Lini tengah Inggris nampak inferior melawan barisan gelandang Skotlandia yang diisi pemain-pemain Premier League. Billy Gilmour yang bermain di Chelsea, tampil apik. Dia terpilih jadi star of the match. Kapten tim Andy Robertson (Liverpool) juga tampil enerjik.

Kieran Tierney (Arsenal) dan Scott McTominay (Manchester United), juga tampil keren. Bahkan, McTominay meski dimainkan sebagai bek kanan, mampu membuat Sterling tak berdaya.

Fan Inggris malah menyebut timnya beruntung karena Skotlandia tak punya seorang finisher handal. Andai Skotlandia punya penyerang oke, Inggris mungkin sudah kalah.

Hasil 0-0 itu membuat Inggris masih ada di peringkat 2 Grup D dengan 4 poin. Mereka masih ada di bawah Rep.Ceko (4 poin) yang tadi malam bermain 1-1 dengan Kroasia.

Menariknya, di pertandingan terakhir Grup D, Inggris akan menghadapi Rep.Ceko (22/6) di Wembley. Ini akan menjadi laga perebutan pemuncak klasemen.

Jika ingin memang, Southgate dituntut menampilkan tim terkuat. Sebab, bila tidak bisa move on dari hasil minimalis dini hari tadi, Inggris bisa bernasib seperti Skotlandia yang kalah 0-2 dari Ceko di laga kedua.

Ah, ayolah Inggris, kalau memang mau juara, sekarang saatnya. Mumpung tampil di rumah sendiri. Seperti celetukan yang sering didengungkan fan Inggris, "It's coming home".

Sebab, dengan pemain-pemain yang ada, Inggris sejatinya punya potensi untuk meledak. Utamanya Phil Foden, si titisan Gascoigne. Juga anak-anak muda seperti Sancho dan Mason Mount. Tinggal menunggu bagaimana Southgate meracik game plannya. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun