Karenanya, jangan memaksakan diri. Ketika memang badan sudah merasa tidak kuat, ya berhenti. Setop. Jangan diteruskan.
Pernah ketika bermain bulutangkis, lawan tanding saya mendadak berhenti ketika game kedua baru dimulai. Ketika skor belum sampai di poin 20 (dari 30 poin).
Bapak tetangga di perumahan itu mengaku kepalanya mendadak pusing. Pandangan matanya juga berkunang-kunang ketika hendak memukul shuttlecock dengan raket. Karenanya dia memutuskan berhenti bermain.
Lantas, rebahan di pinggir lapangan. Sembari meminum minuman hangat. Untungnya tidak terjadi apa-apa. Tetapi memang, dia membuat keputusan tepat dengan tidak meneruskan bertanding.
Jangan takut berolahraga
Memang, masalah nyeri otot dan keseleo bisa terjadi ketika berolahraga. Kejadian buruk seperti yang dialami Eriksen juga bisa terjadi. Termasuk mengalami serangan jantung seperti yang menimpa Markis Kido.
Namun, bukan berarti kita kemudian menjadi takut berolahraga. Sebab, ada lebih banyak manfaat berolahraga bila dibandingkan masalah yang ditimbulkan.
Terlebih bagi kita yang sehari-hari bekerja, bahwa dalam dunia keolahragaan, ternyata nyeri otot dan pegal-pegal itu pertanda tubuh kita sudah terlalu letih dan butuh dilenturkan.
Toh, kita bisa menyesuaikan olahraga yang dilakukan dengan aktivitas kerja kita. Menyesuaikan dengan usia kita.
Kita bisa memilih olahraga yang tidak berat. Olahraga yang have fun tapi tetap membuat badan bergerak dan berkeringat.
Olahraga fun tapi membuat badan bergerak itulah yang coba kami lakukan saat bermain bulutangkis. Main beneran tapi juga banyak ketawanya. Tidak memaksakan diri mengambil shuttlecock yang memang dalam posisi sulit dijangkau.