Manchester City atau Chelsea, siapa yang bakal mengangkat piala Liga Champions di akhir final yang digelar di Estadio do Dragao di Portugal, Minggu (30/5) dini hari nanti?
Apakah final ketiga antara dua tim Inggris di Liga Champions ini bakal berakhir dalam waktu normal seperti final 2019 lalu saat Liverpool mengalahkan Tottenham Hotspur 2-0 di Madrid?
Ataukah, pemenang harus ditentukan lewat titik putih alias adu penalti seperti saat Manchester United mengalahkan Chelsea pada final 2008 silam di Moskow?
Ada beberapa kemungkinan yang bisa dimunculkan dari beberapa pertanyaan tersebut. Tapi yang pasti, final nanti akan berujung pada satu frasa "selalu ada yang pertama dalam sepak bola".
Ya, saya percaya, akan selalu ada momen yang pertama di sepak bola. Seperti Manchester City yang di tahun ini akhirnya bisa merasakan final Liga Champions pertamanya.
Sejak menjadi 'tim sultan' usai ditopang kekuatan finansial dari Timur Tengah (Abu Dhabi Group) pada 2008 lalu, City memang sempat susah payah menembus final Eropa. Sebelumnya, mereka paling maksimal hanya mampu sampai semifinal di musim 2015/16 silam.
Pertanyaannya, apakah di kesempatan pertama tampil di final Liga Champions, Manchester City juga bisa langsung mencatatkan namanya di piala bertelinga lebar itu?
Sayangnya, final Liga Champions tidak selalu indah bagi 'tim penasaran' seperti Manchester City yang memburu gelar pertama. Tidak ada jaminan, tim yang pertama kali main di final bisa langsung juara.
Faktanya, dalam dua final terakhir, tim penasaran selalu gagal juara. Paris Saint Germain (PSG) gagal di tahun lalu. Sebelumnya, Tottenham Hotspur juga tak mampu juara saat mencapai final tahun 2019 silam.
Daftar tim penasaran bertambah panjang bila menyebut nama AS Monaco yang kalah di final 2004 dan Bayer Leverkusen di final 2002.
Dari semua itu, tim penasaran yang paling merana di final adalah Valencia. Â Pasalnya, tim asal Spanyol berlogo kelelawar ini kalah beruntun di final edidi 2000 dan 2001.