Namun, Chelsea lebih siap dibanding Liverpool. Tepatnya, lebih siap menghadapi lini tengah Madrid yang menjadi ruh permainan tim asuhan Zinedine Zidane tersebut.
Pelatih Chelsea, Thomas Tuchel memasang Kante dan Jorginho sebagai dua gelandang dalam skema 5-2-3 atau 3-4-3. Bila Jorginho diplot sebagai pembagi bola, Kante menjadi pemutus serangan lawan dan pengalir bola.
Yang terjadi, trio gelandang super Real Madrid yang pernah hattrick juara Liga Champions, kali ini tidak mampu bermain menawan seperti di perempat final.
Casemiro beberapa kali kalah duel dengan Kante. Toni Kroos bahkan diganjar kartu kuning ketika menghentikan Kante yang berlari menguasai bola. Kante sukses membumikan gelandang "kelas langit" Real Madrid.
Kante tampil solid. Data BBC Sports, Kante jadi pemain yang paling sering melakukan perebutan bola, 21 kali. Dia melakukan 79 kali sentuhan dengan bola. Dan akurasi umpannya mencapai 88 persen. Kante pun terpilih sebagai Man of The Match.
"Spectacular in attack and defence! N'Golo Kante takes the plaudits after a brilliant display in Madrid for Chelsea First place medal," tulis akun Twitter resmi UEFA Champions League.
Selain Kante, sosok yang mencuri perhatian adalah Thomas Tuchel. Pelatih asal Jerman ini belum pernah kalah dari Madrid. Dari lima perjumpaan dengan Madrid. Tuchel menang sekali dan imbang empat kali.
Plus, Timo Werner yang kambuh lagi kebiasaan buruknya. Timo membuang peluang terbaik. Sebelum Pulisic mencetak gol, Timo mendapat peluang bagus yang sayangnya tidak menjadi gol.
"Kami seharusnya bisa menutup babak pertama dengan keunggulan. Timo gagal memanfaatkan peluang bagis. Dia mungkin marah dengan dirinya sendiri," ujar Tuchel dikutip dari bbc.
Cocoklogi Chelsea Juara
Memang, hasil 1-1 itu tidak banyak menguntungkan Chelsea. Berbeda ketika mereka membawa pulang kemenangan 2-0 dari kandang Porto di perempat final lalu.