Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kante "Membumikan" Real Madrid dan Cocoklogi Chelsea Juara Liga Champions

28 April 2021   10:00 Diperbarui: 29 April 2021   09:03 2153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
NGolo Kante tampil gemilang saat Chealse jumpa Real Madrid di semifinal Liga Champions, Kamis (28/4) dinihari.|Sumber: BEN STANSALL/AFP via Kompas.com

Ketika Chelsea jadi juara Liga Champions di tahun 2012 di Kota Munich, N'Golo Kante yang berusia 21 tahun, masih bermain di Divisi II Prancis. Musim itu, Kante yang memainkan satu pertandingan bersama Boulogne.

Usia 21 tahun "hanya" bermain di tim Ligue 2, jelas bukan start apik bagi seorang pemain. Namun, waktu berlalu begitu cepat bagi Kante.

Tahu-tahu, dia jadi gelandang "pengangkut air" terbaik di Liga Inggris. Dia membawa Leicester City juara di musim 2015/16. Tak main-main, sebutan gelandang terbaik itu disematkan oleh pelatih terbaik sepanjang sejarah Premier League, Sir Alex Ferguson.

Tahu-tahu, dia jadi juara dunia kala membawa Prancis memenangi Piala Dunia 2018. Kante dipuji karena permainannya yang tak kenal lelah. Utamanya ketika mengawal Lionel Messi saat Prancis bersua Argentina di babak 16 besar.

Saking tak kenal capek, rekan Kante di Timnas Prancis, Paul Pogba, bahkan menyebut pemain kelahiran Paris 19 Maret 1991 ini memiliki 15 paru-paru.

"He is everywhere. Sometimes, I'm not going back in defence and I know he is here. He has 15 lungs," begitu pujian Pogba untuk Kante dalam wawancara dengan Bein Sports pada 2018 silam. 

Gelandang Chelsea, N'Golo Kante tampil mendominasi lini tengah Real Madrid. Chelsea bermain imbang 1-1 di markas Madrid pada leg pertama semifinal Liga Champions, Rabu (28/4) dini hari tadi/Foto: https://www.si.com/
Gelandang Chelsea, N'Golo Kante tampil mendominasi lini tengah Real Madrid. Chelsea bermain imbang 1-1 di markas Madrid pada leg pertama semifinal Liga Champions, Rabu (28/4) dini hari tadi/Foto: https://www.si.com/
Rabu (28/4) dini hari tadi, Kante kembali memperlihatkan bila dirinya memang pemain dengan "paru-paru lebih". Dia seolah ada di mana-mana ketika Chelsea menahan Real Madrid 1-1 pada laga pertama semifinal Liga Champions.

"Kante was everywhere againts Real Madrid," begitu tulis ESPN.

Di duel antar dua tim yang sempat bikin heboh kala mengumumkan masuk ke European Super League ini, Chelsea unggul lebih dulu lewat gol Christian Pulisic di menit ke-14. Karim Benzema lantas menyamakan skor lewat finishing apik di menit ke-29.

Hasil 1-1 di Stadion Alfredo Di Stefano tersebut bukan hal mudah. Sebelumnya, di tempat yang sama, juara Liga Inggris musim lalu, Liverpool, takluk 1-3 pada laga pertama perempat final.

Liverpool kalah karena mereka tak kuasa mengatasi superioritas lini tengah Real Madrid. Trio Casemiro, Toni Kroos, dan Luka Modric tampil mendominasi.

Namun, Chelsea lebih siap dibanding Liverpool. Tepatnya, lebih siap menghadapi lini tengah Madrid yang menjadi ruh permainan tim asuhan Zinedine Zidane tersebut.

Pelatih Chelsea, Thomas Tuchel memasang Kante dan Jorginho sebagai dua gelandang dalam skema 5-2-3 atau 3-4-3. Bila Jorginho diplot sebagai pembagi bola, Kante menjadi pemutus serangan lawan dan pengalir bola.

Yang terjadi, trio gelandang super Real Madrid yang pernah hattrick juara Liga Champions, kali ini tidak mampu bermain menawan seperti di perempat final.

Casemiro beberapa kali kalah duel dengan Kante. Toni Kroos bahkan diganjar kartu kuning ketika menghentikan Kante yang berlari menguasai bola. Kante sukses membumikan gelandang "kelas langit" Real Madrid.

Kante tampil solid. Data BBC Sports, Kante jadi pemain yang paling sering melakukan perebutan bola, 21 kali. Dia melakukan 79 kali sentuhan dengan bola. Dan akurasi umpannya mencapai 88 persen. Kante pun terpilih sebagai Man of The Match.

"Spectacular in attack and defence! N'Golo Kante takes the plaudits after a brilliant display in Madrid for Chelsea First place medal," tulis akun Twitter resmi UEFA Champions League.

Selain Kante, sosok yang mencuri perhatian adalah Thomas Tuchel. Pelatih asal Jerman ini belum pernah kalah dari Madrid. Dari lima perjumpaan dengan Madrid. Tuchel menang sekali dan imbang empat kali.

Plus, Timo Werner yang kambuh lagi kebiasaan buruknya. Timo membuang peluang terbaik. Sebelum Pulisic mencetak gol, Timo mendapat peluang bagus yang sayangnya tidak menjadi gol.

"Kami seharusnya bisa menutup babak pertama dengan keunggulan. Timo gagal memanfaatkan peluang bagis. Dia mungkin marah dengan dirinya sendiri," ujar Tuchel dikutip dari bbc.

Cocoklogi Chelsea Juara

Memang, hasil 1-1 itu tidak banyak menguntungkan Chelsea. Berbeda ketika mereka membawa pulang kemenangan 2-0 dari kandang Porto di perempat final lalu.

Namun, hasil imbang jelas jauh lebih baik daripada pulang ke London dengan kekalahan. Penentuan siapa yang lolos ke final, bakal ditentukan di laga semifinal kedua di Stamford Bridge pada tengah pekan depan.

Hasil 0-0 akan membuat Chelsea lolos ke final. Meski, rasanya sulit membayangkan laga semifinal di mana semua pemain bakal tampil mati-matian, berakhir 0-0.

Menariknya, beberapa football lovers di Eropa sana, kini mulai menggemakan Chelsea bakal juara Liga Champions musim 2020/21 ini. Pemicunya adalah cocoklogi.

Bahwa, situasi yang dialami Chelsea di Liga Champions sekarang, memiliki banyak kesamaan dengan ketika The Blues juara Liga Champions 2012 silam.

Pertama, Chelsea memecat pelatih di tengah kompetisi. Dulu, Chelsea memecat Andre Villas-Boas lantas menunjuk Roberto Di Matteo yang ndilalah jadi juara.

Kini, Thomas Tuchel datang menggantikan Frank Lampard yang dipecat pada akhir Januari lalu. Sejak ditangani Tuchel, Chelsea tampil jauh lebih baik

Kedua, Chelsea musim ini tampil terengah-engah di Premier League. Itu seperti musim 2011/12 silam saat Chelsea hanya finish di peringkat 6. Meski, Chelsea musim ini sepertinya masih bisa finish di empat besar.

Dan cocoklogi ketiga, Chelsea bertemu tim Portugal di perempat final lantas bertemu tim Spanyol di semifinal.

Tahun 2012 silam, Chelsea menyisihkan Benfica di perempat final. Lantas, menyingkirkan Barcelona lewat agregat 3-2.

Laga leg II di Nou Camp yang berakhir 2-2 menjadi salah satu laga paling dikenang. Ketika Chelsea yang tertinggal dua gol dan bermain dengan 10 pemain plus dihukum penalti, akhirnya mencetak gol solo lewat Fernando Torres di menit akhir.

Mungkin bedanya, semifinal 2012 lalu, Chelsea memainkan leg pertama di London lantas away. Kali ini, mereka lebih dulu bermain away dan memainkan leg II semifinal di London.

Mungkinkah cocoklogi itu bakal benar terjadi?

Kita tunggu semifinal kedua dulu. Sebab, Real Madrid juga punya cocoklogi sendiri di era Liga Champions.

Bahwa, dalam beberapa kesempatan, setelah Bayern Munchen juara, Madrid tampil jadi juara. Itu terjadi pada musim 2002 dan 2014. Real Madrid juara tepat setahun setelah Bayern juara. Cocoklogi siapa yang bakal berlaku? Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun