Di Inggris, berkembang wacana agar enam tim 'calon ESL' tersebut disanksi. Bahkan, mantan penyerang top Premier League, Chris Sutton bersuara agar enam klub super Liga Inggris mendapat pengurangan 12 poin.
Namun, tentu saja, usulan itu menuai polemik. Utamanya dari para fans klub tersebut. Sebab, mereka merasa kontroversi klub bergabung ke ESL itu bukan keinginan fans. Tapi keinginan para owner klub.
Justru, para suporter bersuara keras untuk menolak usulan itu. Karenanya, ketika klub disanksi, para fans juga yang akan merasakan dampaknya. Seperti pepatah lawas, tidak ikut makan nangka tapi kena getahnya.
Apapun dinamika yang terjadi setelah ESL yang layu sebelum berkembang itu, menarik untuk menggarisbawahi komentar dari Florentino Perez itu.
Bahwa, benarkah ESL memang beneran mati?
Atau, "ide halu" itu hanya mati suri. Lantas, kelak akan terbangun kembali. Utamanya bila situasi sepak bola di Eropa mereka anggap kurang. Semisal karena UEFA salah langkah. Bisa saja begitu. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H