Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Inter Milan Menjemput Scudetto ke-19 Lewat "Jalur Cepat"

5 Maret 2021   11:30 Diperbarui: 7 Maret 2021   00:54 1976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perburuan gelar Liga Serie A Italia terancam bakal bernasib seperti Liga Inggris. Membosankan! Itu setelah Inter Milan mulai 'bermain cosplay' menjadi seperti Manchester City di Premier League.

Seperti Manchester City, Inter Milan kini semakin berlari kencang. Maksud frasa berlari kencang itu, terus menang dan menang. Inter membuat tim-tim pesaing yang mengejar mereka kewalahan. Pontang-panting.

Dini hari tadi, Inter Milan berhasil mengalahkan tuan rumah AC Parma, 1-2 di Ennio Tardini pada pekan ke-25 Liga Serie A Italia, Jumat (5/3).

Ini kemenangan perdana Inter di bulan Maret, sekaligus kemenangan beruntun keenam. Inter Milan juga tidak terkalahkan dalam 9 pertandingan terakhir di Serie A. Kali terakhir mereka kalah pada 6 Januari lalu, 1-2 dari Sampdoria.

Kemenangan atas Parma itu membuat Inter Milan kini memimpin klasemen dengan raihan 59 poin. Inter unggul 6 poin dari peringkat 2, AC Milan (53 poin). Mereka meninggalkan Juventus di peringkat 3 dengan 49 poin dari 24 pertandingan.

Inter sempat kesulitan mencetak gol

Toh, meski menang, Inter sejatinya sempat kesulitan mencari gol. Di babak pertama, Romeru Lukaku dan kawan-kawan sempat dibuat frustrasi oleh permainan disiplin Parma.

Sedikitnya ada empat kali peluang yang didapat Inter. Tapi, semuanya gagal menjadi gol. Dua di antaranya merupakan hasil kreasi sayap kanan Inter, Achraf Hakimi.

Pemain asal Maroko ini bak belut licin yang pergerakannya sulit dihentikan pemain-pemain Parma. Namun, dua umpan sodorannya gagal dimaksimalkan Lukaku dan Christian Erikssen.

Lukaku juga sempat tidak percaya ketika sepakannya yang seharusnya menjadi gol, digagalkan Luigi Sepe, kiper Parma.

Namun, keberuntungan masih memihak Inter di babak kedua. Tapi bukan keberuntungan yang datang tiba-tiba. Melainkan keberuntungan yang memang 'datang setelah diundang'.

Ya, permainan menyerang Inter akhirnya membuahkan hasil. Adalah penyerang asal Chile, Alexis Sanchez yang kali ini menjadi 'jimat keberuntungan' Inter. Di menit ke-54, Sanchez meneruskan sodoran Lukaku. Bola sepakannya mengarah ke gawang sebelum dibuang bek Parma.

Tapi, wasit Fabrizio Pasqua memutuskan gol. Dia menganggap bola sudah melewati garis gawang. Dan memang, tayangan ulang memperlihatkan bila bola sepakan Sanchez itu sudah sempurna melewati gawang.

Toh, delapan menit kemudian, di menit ke-62, Sanchez kembali membuat gol. Dan kali ini gol cantik. Lagi-lagi, Lukaku menunjukkan dirinya memang pemain penting di Inter.

Pemain asal Belgia ini men-dribble bola melewati beberapa bek Parma sebelum menyodorkan bola ke Sanchez. Di sini, Sanchez memperlihatkan jam terbang panjangnya sebagai penyerang yang pernah bermain di Barcelona, Arsenal, dan Manchester United. Eksekusinya dingin. Kalem.

Parma sempat memperkecil skor di menit ke-71. Namun, itu hanya "gol PHP" agar laga tetap seru. Hingga akhir laga, Inter bisa mempertahankan keunggulan. Menang di markas Parma.

"Ini pertandingan yang sulit. Parma bermain bagus. Tapi, jangan lupa, kami berjuang untuk Scudetto dan kami ada di jalur yang tepat," ujar Sanchez kepada Sky Sport dilansir dari Football Italia.

Sanchez menjadi sorotan. Penyerang berusia 32 tahun yang dianggap sudah habis ini ternyata masih bisa garang. Bahkan, dalam wawancara dengan Sky Sport, Sanchez menyebut dirinya selama ini bak singa yang terkurung. Dia ingin terus bermain.

"Saya pemain berpengalaman, pelatih percaya saya dan itu membuat saya gembira. Tentu saja, saya selalu ingin bermain dan memberikan kemampuan terbaik untuk tim ini," sambung Sanchez.

Sanchez benar, semangat memburu Scudetto membuat pemain-pemain Inter kini seperti lapar menang. Mereka ingin selalu menang.

Maklum, Inter sudah lama tidak juara Liga Italia. Kali terakhir mereka juara di musim 2009/10 saat dilatih Jose Mourinho dan meraih treble. Itu gelar ke-18 Inter di Serie A.

Inter diuntungkan labilnya Milan dan Juventus

Lalu, bagaimana peluang Inter meraih gelar Serie A ke-19 mereka?

Ibarat balapan Moto GP, Inter kini ada di pole position. Mereka ada di posisi terdepan dalam perburuan gelar. Keunggulan enam poin dari tim sekota, AC Milan menjadi penegas, Inter lebih berpeluang juara.

Itu alasan pertama. Alasan kedua Inter menjadi favorit juara, mereka diuntungkan oleh penampilan pesaing utama yang masih labil.

Ya, ketika Inter Milan mulai berlari kencang sejak 6 Januari lalu, dua tim pesaing, AC Milan dan Juventus justru tampil labil. Keduanya beberapa kali kehilangan poin.

Sehari sebelum kemenangan Inter, AC Milan tertahan di kandang sendiri. Milan malah hanya meraih satu poin setelah bermain 1-1 dengan Udinese. Dua pekan sebelumnya, Milan dikalahkan Inter Milan 3-0.

Bagaimana Juventus?

Selama Februari lalu, Juventus dikalahkan Napoli (14/2) dan ditahan Hellas Verona 1-1 (28/2). Juve juga dikalahkan Inter 2-0 pada 18 Februari lalu.

Tetapi memang, penampilan Juventus di musim ini tidak 'gagah' seperti sebelum-sebelumnya. Juventus harus menanggung risiko atas penunjukan Andrea Pirlo sebagai pelatih. Bagaimanapun, meski legend sebagai pemain, tapi Pirlo masih newbie di jajaran pelatih.

Soal pengalaman melatih, Pirlo jelas kalah dari pelatih Inter, Antonio Conte. Lha wong Conte pernah tiga kali membawa Juve jadi juara Italia. Dia juga pernah membawa Chelsea jadi juara Liga Inggris.

Jadi, apakah Inter Milan akan terus melaju di 15 pekan tersisa dan membuat perburuan gelar Scudetto menjadi membosankan?

Sebagai penikmat Liga Italia, saya tentu berharap perburuan gelar tetap seru. Semoga AC Milan dan Juventus bisa tampil lebih konsisten dan terus mengejar Inter.

Namun, apapun itu, Inter Milan kini memegang kendali atas nasibnya sendiri. Maksudnya, dengan unggul 6 poin, harapan mereka untuk meraih gelar ke-19, bergantung mereka sendiri. Tidak bergantung AC Milan atau Juventus.

Bila Inter terus tampil konsisten di 15 pertandingan tersisa, I'nerrazzuri bakal juara. Bahkan, kepastian juara Inter bisa lebih cepat seandainya Milan atau Juventus terpeleset alias kehilangan poin. Ya, Inter bisa menjemput gelar Scudetto ke-19 mereka lewat jalur cepat.

Jadi, selamat menyiapkan pesta juara, wahai tifosi Inter. Boleh juga menuliskan spanduk "tim ini sebentar lagi juara". Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun