Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Chelsea, Tuchel, dan Harapan Repetisi "Pecat Pelatih Berbuah Trofi"

23 Februari 2021   10:40 Diperbarui: 23 Februari 2021   11:19 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEHARI setelah Thomas Tuchel ditunjuk menjadi pelatih Chelsea untuk menggantikan Frank Lampard, sebuah meme kocak beredar di sosial media. Meme lucu tentang ketiga nama itu. Lampard. Tuchel. Chelsea.

Lampard digambarkan memesan dua robot berharga mahal. Robot itu dipesan dari Jerman. Nama robot tersebut: Kia Havertz dan Timo Werner. 

Yang terjadi, Lampard ternyata tidak paham menyusun dua robot dari Jerman itu. Robot itu malah tak berfungsi sebagaimana semestinya. Padahal dibeli dengan harga sangat mahal.

Hilang kesabaran, juragan Chelsea, Roman Abramovich akhirnya memecat Lampard. Dia diberhentikan. Abramovich lantas menengok beberapa daftar pelatih yang sedang menganggur. Dipilihlah Tuchel (47 tahun).

Pertimbangannya, Tuchel orang Jerman. Tidak seperti Lampard yang asli Inggris. Karena orang Jerman, dia diharapkan bisa memfungsikan dua robot baru tersebut.

Di kehidupan nyata, pemecatan Lampard itu menuai pro dan kontra. Utamanya di kalangan fans Chelsea. Mereka yang pro dengan keputusan Abramovic, menilai Chelsea memang butuh perubahan. Butuh pelatih yang memiliki CV hebat.

Lampard dianggap belum mampu membawa Chelsea bersaing menjadi juara di Premier League musim 2020/21. Padahal, dia dibekali dana besar dan banyak pemain baru berkualitas. Selain Havertz dan Werner, ada Ben Chilwell, Thiago Silva. Termasuk Hakim Ziyech.

Sementara mereka yang kontra dengan keputusan pemecatan tersebut, menganggap Chelsea kurang sabar. Tim London itu hanya mau yang pragmatis. Bahkan, Lampard yang merupakan legenda dan top skor sepanjang sejarah Chelsea, diperlakukan 'jahat' oleh manajemen.

Toh, mereka yang mendukung dan menentang itu sejatinya memiliki harapan yang sama. Mereka ingin Chelsea tampil bagus di periode sisa musim 2020/21 ini. Mereka ingin Chelsea bisa meraih trofi yang masih mungkin untuk diraih.

Merujuk pada harapan itu, semua fans Chelsea rasanya kini satu suara mendukung Tuchel. Sebab, 'wajah' Chelsea memang berubah sejak dilatih oleh Tuchel. Mereka bukan lagi tim yang labil seperti dulu.

Chelsea punya bekal bagus hadapi Atletico Madrid di Liga Champions

Faktanya, sejak Tuchel masuk, Chelsea belum pernah kalah di tujuh pertandingan. Chelsea menang lima kali dari enam pertandingan di Premier League. Plus satu kemenangan di Piala FA.

Tuchel mampu membawa Chelsea kembali ke papan atas di klasemen Liga Inggris. Dia juga bisa membuat 'robot' Werner kembali tampil oke. Membuat assist dan mencetak gol.

Toh, Tuchel tidak mau jumawa. Dalam sebuah wawancara dengan media, dia memilih realistis. Meski bukan berarti minder.

Dia menyebut sangat sulit bagi Chelsea untuk juara Premier League di musim ini. Namun, Chelsea disebutnya masih bisa meraih trofi.

Ya, Chelsea memang masih berpeluang meraih trofi. Setidaknya dua trofi Pertama Piala FA. Chelsea bakal tampil di perempat final Piala FA.
Kedua, trofi Liga Champions.

Nah, awal yang indah bersama Tuchel itu akan menjadi bekal Chelsea untuk tampil di Liga Champions.

Chelsea akan away menghadapi tim Spanyol, Atletico Madrid di laga leg pertama babak 16 besar Liga Champions, Selasa (23/2) malam waktu Eropa atau Rabu (24/2) dini hari waktu Indonesia.

Atletico yang kini memimpin klasemen Liga Spanyol, jelas akan menjadi lawan berat bagi Chelsea. Apalagi mereka punya Luis Suarez, seorang pencetak gol ulung.

Akan sulit menebak siapa pemenang laga ini. Tidak mudah memprediksi siapa yang akan lolos ke perempat final.

Namun, bila teryata Chelsea yang lolos ke perempat final, saya tidak akan terlalu kaget. Bahkan, bila seandainya Tuchel bisa membawa Chelsea meraih trofi, saya tidak menganggapnya kejutan besar. 

Bukan hanya karena Tuchel punya CV bagus di Liga Champions. Musim lalu, dia membawa Paris Saint Germain (PSG) ke final.

Sebab, kalau hanya alasan itu, pelatih Atletico, Diego Simeone malah pernah dua kali ke final Liga Champions (2014 dan 2016). Meski, dua-duanya berakhir pahit. Atletico dikalahkan tim sekota mereka, Real Madrid yang masih diperkuat Cristiano Ronaldo.

Chelsea punya catatan sejarah bagus seusai memecat pelatih

Lalu, bila Chelsea juara Liga Champions bukan sebuah kejutan, apa penyebutan yang tepat?

Saya lebih senang menyebutnya sebuah repetisi. Pengulangan sejarah. Bahwa, keputusan manajemen Chelsea untuk mengganti pelatih di tengah jalan, sekali lagi ternyata berdampak bagus.

Ya, ada fakta Chelsea di era Roman Abramovich. Bahwa, setiap ada pergantian pelatih di tengah kompetisi, seringkali mereka meraih trofi di akhir musim.

Simak fakta berikut.

Tahun 2009 lalu, Chelsea di bawah pelatih sementara, Guus Hiddink, sukses meraih Piala FA. Kala itu, Hiddink baru masuk pada Februari 2009 menggantikan Luiz Felipe Scolari yang dipecat. Tiga bulan kemudian, Piala FA berhasil diraih.

Yang paling fenomenal adalah tahun 2012 lalu. Ketika pelatih asal Itala, Roberto Di Matteo mengantar Chelsea tampil sebagai juara Liga Champions 2012 untuk kali pertama sejak klub itu berdiri pada 1905 silam.

Pencapaian itu diraih Di Matteo setelah hanya dua bulan "naik pangkat" sebagai pelatih kepala di Chelsea. Dia mengisi posisi Andre Villas Boas yang dipecat di tengah jalan.

Tidak berhenti di situ. Saat Chelsea juara Liga Europa pada 2012-13, sang pelatih Rafael Benitez, juga berstatus pelatih pengganti. Benitez ditunjuk menggantikan Roberto Di Matteo yang dipecat setelah lima bulan memenangi Liga Champions.

Mungkinkah Tuchel akan menyusul jejak mereka? Meraih sukses di Chelsea sebagai pengganti Chelsea yang dipecat?

Tidak ada yang tidak mungkin. Meski, itu masih menjadi misteri.

Mewaspadai Luis Suarez

Dalam wawancara dengan BBC Sport, Tuchel hanya berharap timnya tampil hebat di Liga Champions. Dia menyebut, laga melawan Atletico akan menjadi "big test".

"Mereka tim yang berpengalaman di level ini. Mereka punya daya juang, mental bagus, dan punya pelatih sarat pengalaman. Semoga itu membuat kami lebih bersemangat," ujar Tuchel.

Tidak sekali ini, Chelsea bertemu Atletico. Mereka sudah bertemu lima kali. Hasilnya, sama kuat. Mereka sama-sama meraih dua kemenangan dan tiga kali imbang.

Laga ini akan digelar di tempat netral. Di Budapest, Rumania. Bukan di Madrid merujuk pada kasus Covid-19. Seharusnya itu menjadi keuntungan bagi Chelsea.

Hanya saja, Chelsea akan tanpa bek asal Brasil, Thiago Silva yang mengalami cedera paha. Padahal, dengan pengalamannya, Thiago bisa diandalkan meredam penyerang Atletico, Luis Suarez. Mantan penyerang Barcelona itu jadi pemain yang medapat catatan khusus dari Tuchel.

"Dia seperti tidak pernah puas untuk mencetak gol. Dia selalu ingin mencetak gol. Dia penyerang natural," puji Tuchel.

Itu artinya, Tuchel akan mengandalkan Kurt Zouma dan Anthony Rudiger untuk menjaga pertahanan Chelsea.

Tuchel juga perlu waspada. Sebab, empat pemain andalannya sudah mengantongi satu kartu kuning. Mereka yakni Matteo Kovacic, Jorginho, Mason Mount, dan Hakim Ziyech.

Artinya, bila di laga nanti malam mendapatkan kartu kuning, mereka tidak akan bisa tampil di pertandingan leg kedua saat Chelsea giliran menjadi tuan rumah pada  18 Maret mendatang.

Andai Tuchel bisa membawa Chelsea menyingkirkan Atletico Madrid, The Blues bisa melangkah jauh di Liga Champions. Bukan tidak mungkin, dia bisa mengikuti jejak Di Matteo pada 2012 silam.

Bila seperti itu, Chelsea lagi-lagi akan mendapatkan pembenaran dari aski 'main pecat' pelatih.

Seperti ucapan Chairman Chelsea, Bruce Buck pada April 2012 lalu, sesaaat setelah Di Matteo membawa Chelsea juara Liga Champions.

Terkait pemecatan di Chelsea, dia bilang begini : "Kami pikir, kami sudah membuat keputusan yang tepat. Faktanya, kami telah meraih banyak trofi dalam delapan tahun terakhir. Jadi itu bukti nyata".

Lewat pernyataannya itu, Bruce Buck seolah ingin berkata begini. "Kami selalu bisa memilih pelatih baru yang tepat setelah kami memecat pelatih".

Ya, pelatih baru yang bisa membawa mereka meraih trofi. Siapa tahu Tuchel berikutnya. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun