Beberapa tetangganya menjauhi dirinya. Usaha laundry rumahan yang dibukanya untuk menambah pendapatan, terpaksa tutup sementara waktu.
"Waktu itu, tetangga ketika tahu saya keluar rumah, langsung menjauh. Seolah takut dengan saya. Laundry pun terpaksa saya tutup," ujarnya saat bercerita via telepon.
Alhamdulillah. Gusti Allah Mboten Sareh. Tuhan Tidak Tidur. Seiring waktu, kehidupan kawan saya itupun kembali normal. Perlahan, tetangganya bisa menerimanya. Usaha laundry-nya juga kembali buka.
"Karena sekarang kerja di rumah, apapun saya lakukan mas. Yang penting ada pemasukan untuk keluarga," ujarnya.
Dari kisah Imam Darto dan kawan saya itu, kita sungguh bisa bercermin. Kita, termasuk saya.
Bahwa, selama ini, kita mungkin mudah mengeluh karena hal-hal receh. Semisal hanya karena macet di jalan atau mengantre di SPBU, marah. Atau karena gawai baru belum bisa terbeli imbas adanya penyesuaian gaji di tempat kerja.
Padahal, pandemi yang sudah berlangsung setahun ini seharusnya mengubah pendekatan kita dalam menyikapi hidup.
Bahwa, ada banyak hal yang patut kita syukuri. Bersyukur bukan hanya tentang apa yang bisa kita dapat. Tapi juga mensyukuri yang kita miliki. Termasuk keluarga sehat itu harus disyukuri. Semoga semuanya seger waras. Dan yang sedang sakit segera sembuh. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H