Masih ada ganda putri Korea yang juga merupakan ganda putri elit di dunia. Karenanya, kita perlu mengapresiasi sukses Greysia/Apriani. Tidak lantas mencibir nyinyir bahwa gelar tersebut biasa saja.
'Misteri' Penampilan Praveen/Melati
Beberapa jam sebelumnya, pasangan ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti harus puas menjadi runner-up. Praveen/Melati kalah dari ganda tuan rumah, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai.
Sebenarnya, kalah menang dalam pertandingan final itu hal biasa. Namanya final, tidak mungkin kedua finalis sama-sama menang. Pasti ada yang kalah. Apalagi, lawan yang dihadapi Praveen/Melati juga bagus.
Namun, kekalahan Praveen/Melati tersebut menyisakan tanya dari para netizen dan pecinta bulutangkis di tanah air. Utamanya penampilan mereka di game pertama.
Betapa tidak, ganda campuran sekelas Praveen/Jordan, hanya mampu mendapatkan 3 angka saja di game pertama. Bayangkan, 3 poin saja.Â
Perolehan poin sangat minimalis ini bahkan lebih menyedihkan ketimbang 5 poin yang diperoleh tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie saat kalah dari Viktor Axelsen di perempat final dua hari lalu.
Kita yang menyaksikan langsung final tersebut lewat layar kaca televisi, pastinya bertanya-tanya. Kok bisa hanya mendapat tiga poin 3-21 di game pertama, lantas menang 22-20 di game kedua dan takluk 18-21 di game penentuan.Â
Ada apa dengan Praveen/Melati, utamanya di game pertama?
Penampilan mereka di game pertama tersebut bak menyisakan misteri. Sebab, dengan gaya main Praveen yang dianggap sebagai pemain putra dengan smash paling menggelegar saat ini, rasanya tidak masuk akal bila mereka hanya mendapatkan 3 angka dalam sistem reli poin.
Tiga faktor kemenangan ganda campuranThailand