Pesannya jelas. Ketika tim-tim kuat seperti Liverpool, Manchester United, Manchester City, juga Leicester City, dan Everton tancap gas menuju garis finish, Arsenal malah terdampar di papan bawah.
Dini Hari Tadi, Arsenal Mengalahkan Chelsea 3-1
Apalagi, pekan lalu Chelsea baru saja mengalahkan tim London lainnya, West Ham United dengan skor meyakinkan 3-0.
Toh, hasil di sepak bola itu misteri. Tidak ada ceritanya tim yang dipandang sebelah mata pasti akan kalah. Sebaliknya, tidak selalu tim yang diunggulkan akan memenangi pertandingan.
Pun, hasil buruk yang dicapai sebuah tim besar, tidak akan berjalan selamanya. Selalu ada akhir periode buruk dan awal dari harapan untuk memulai pencapaian yang lebih baik. Akan ada pelangi setelah hujan badai.
Ya, dini hari tadi, Arsenal mengakhiri "badai buruk" yang menghantam mereka di Liga Inggris usai mengalahkan Chelsea dengan skor 3-1 di Emirates Stadium, London.
Sebuah kemenangan yang mengguncang. Bukan hanya karena Pelatih Arsenal, Mikel Arteta mencadangan Pierre Aubameyang yang belum sepenuhnya bugar setelah pekan lalu tidak tampil saat kalah dari Everton. Bukan pula karena rekrutan anyar asal Atletico Madrid, yakni gelandang asal Ghana, Thomas Partey cedera.
Namun, lebih karena Arsenal yang memainkan skema 4-2-3-1 dengan mengandalkan Alexandre Lacazette sebagai targetman, tampil "meledak'. Arsenal mampu mendominasi babak pertama ketika pemain-pemain Chelsea 'malas' bergerak.
Di menit ke-35, Kieran Tierney yang menari-nari dari sisi kanan pertahanan Chelsea, dijatuhkan Reece James di kotak penalti. Wasit Michael Oliver langsung meniup peluitnya. Penalti.
Lacazette maju. Bola sepakan pemain Prancis ini salah diantisipasi kiper Chelsea, Edouard Mendy. Arsenal unggul 1-0. Di akhir babak pertama, Granit Xhaka seolah menjelma menjadi legenda Arsenal yang jago dalam free kick, Robert Pires. Tendangan bebas Xhaka meluncur deras ke pojok kiri atas gawang Chelsea.