Bagi kebanyakan orang, awal bulan itu identik dengan bahagia. Bagi yang bekerja, awal bulan berarti baru saja menerima gaji atau menghitung hari sebelum menerima transferan gaji bulanan. Bukankah itu momen bahagia?
Awal bulan juga identik dengan semangat yang membuncah. Ketika masih 'tanggal muda', kita punya semangat lebih untuk memulai pekerjaan. Ambil contoh menulis di 'rumah ini' (baca Kompasiana). Mumpung semangat membuncah, ada banyak konten yang bisa dihasilkan.
Awal bulan juga bisa menjadi momen evaluasi perihal apa saja yang telah dilakukan di bulan sebelumnya. Apa saja yang kurang maksimal. Lantas, muncul motivasi untuk memperbaiki yang belum baik.
Namun, bagaimana bila di awal bulan ternyata malah jatuh sakit. Kurang fit. Bagaimana bila di awal bulan, justru badan memaksa untuk beristirahat karena mungkin akumulasi kecapekan bekerja di akhir bulan.
Apa yang salah?
Situasi itu yang saya alami di awal Oktober ini. Badan berasa kurang fit. Badan seolah memohon untuk sejenak istirahat. Badan seperti protes ketika akan diajak untuk membuka laptop (menulis). Dia inginnya rebahan.
Saya merasakan 'penyakitnya' tukang menulis. Kepala sedikit pusing. Utamanya area di sekitar mata yang berasa 'capek'. Mungkin karena terlalu lama berada di depan laptop.Â
Padahal, saya termasuk rutin berolahraga. Di pagi hari, saya membiasakan mengawali hari dengan berjalan 1000 langkah plus. Di akhir pekan juga masih rutin bermain bulutangkis. Tetapi memang, kesehatan bukan hanya tentang olahraga. Tetapi juga bagaimana kita mengatur cara bekerja yang mendukung kesehatan.
Tetapi memang, terlepas dari awal bulan itu pandai memotivasi, dia juga bisa menjadi bak 'cermin' yang mampu menampilkan kembali potongan-potongan kejadian yang telah kita lewati selama sebulan lalu.
Dari cermin tersebut, kita bisa bercermin lantas melakukan perenungan tentang apa saja yang telah kita lakukan. Dengan merenung dan melakukan introspeksi, kita bisa menemukan motivasi baru.
Bercermin Tentang Cara Menjaga Kesehatan