Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kai Havertz, Awalnya Diremehkan, Kini Dianggap "Johan Cruyff" Era Modern

26 September 2020   16:34 Diperbarui: 27 September 2020   09:06 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kai Havertz, awalnya dianggap pemain mahal yang biasa saja, kini disejajarkan Johan Cruyff/Foto: Eurosport.com

Bila masa Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) dianggap momen uji mental, maka pemain Jerman, Kai Havertz, benar-benar merasakannya di kehidupan awalnya bersama Chelsea.

Datang ke Inggris dengan status sebagai "pemain termahal di bursa transfer" dengan banderol 79 juta pound atau setara dengan Rp 1,54 triliun, Havertz langsung tersentak. Betapa Liga Inggris sangat berbeda dengan Liga Jerman.

Di Bundesliga Jerman, Havertz banyak dipuji. Ia dianggap sebagai salah satu bakat paling bersinar di Jerman. Dia dianggap pemain serbaguna yang bisa bermain sebagai penyerang maupun gelandang.

Di Inggris, anak muda berusia 21 tahun ini langsung merasakan betapa "perpeloncoan" bagi pemain baru, masih terjadi di Premier League.

Dia memang tidak dibentak-bentak oleh beberapa seniornya seperti halnya video Ospek daring yang viral itu. Namun, perpeloncoan itu berwujud penghakiman media-media Inggris yang tidak sabaran.

Bagaimana tidak sabaran, lha wong pemain muda yang baru tampil, seolah diharuskan langsung tampil seperti Michael Ballack, pendahulunya yang terbilang sukses bermain di Premier League.

Kita tahu, Ballack merupakan salah satu pemain terbaik Jerman yang pernah bermain di Chelsea. Kebetulan, Havertz berasal dari Bayer Leverkusen, sama seperti Ballack.

Debut Havertz yang Tak Istimewa

Bagi media-media di Inggris yang memang dikenal 'kejam' dalam mengkritik pemain dan pelatih bola di sana, tidak ada istilah "adaptasi' bagi pemain baru.

Havertz langsung menjadi korban dari keberingasan pemberitaan media dan juga komentar netizen di Inggris ketika dirinya melakoni debut untuk Chelsea di Premier League.

Oleh Pelatih Frank Lampard, dia dimainkan selama 80 menit kala Chelsea menghadapi tuan rumah Brighton & Hove Albion. Laga di pekan perdana Liga Inggris 2020/21 pada 14 September itu dimenangi Chelsea 3-1.

Normalnya, pemain anyar yang membantu timnya menang, seharusnya dipuji. Namun, yang diterima Havertz malah sebaliknya. Dia dicibir tak mampu mengkreasi peluang. Tidak ada tembakan ke gawang. Juga tidak ada asis selama 80 menit itu.

Pendek kata, sebagai pemain yang dimainkan di posisi penyerang sayap, Havertz dinilai miskin mengkreasi peluang. Dia dianggap 'pemain mubazir' merujuk harganya yang selangit.

Malah, ada akun Instagram yang mengunggah potongan video ketika Havertz yang memberikan umpan jauh kepada rekannya, justru salah mengumpan ke hakim garis.

Media yang berbasis di London, football.london menulis "Kai Havertz has quiet night in Brighton win" dalam ulasan review pertandingan itu. Di Indonesia, juga ada banyak tautan berita di media yang mengabarkan debut biasa Havertz bersama Chelsea.

Lalu, di pekan kedua ketika Chelsea kalah 0-2 dari Liverpool (16/9), Havertz yang hanya dimainkan di babak pertama, lagi-lagi mengalami 'perundungan'.

Beberapa pundit menyebut tidak melihat Havertz selama babak pertama. Dia dianggap minim kontribusi.

"I do look and think, 'where does Havertz play? Where does he fit into a 4-3-3?," ujar Jamie Carragher, eks pemain belakang Liverpool yang kini jadi pundit Sky Sports.

Pendek kata, Havertz bernasib seperti anak baru yang menjadi korban perpeloncoan. Bukan disuruh menyanyi seperti kebanyakan pesepak bola yang datang di klub baru. Namun, dia "dibully' oleh media. Sadis.

Dan memang, itu benar-benar menguji mentalnya. Andai dia tidak kuat, beban mental itu akan terus menghalanginya tampil bagus di musim pertamanya di Inggris.

Seperti cerita yang sudah-sudah, kariernya bakal berantakan. Dia akan dikenang sebagai pemain mahal tapi penampilannya biasa saja.

Havertz Membalas Nyinyiran dengan Hat-trick

Toh, Havertz santai saja menanggapi semua komentar buruk tentang penampilannya. Dia memang merasa masih butuh beradaptasi dengan klub barunya. Dengan rekan-rekan barunya. Juga dengan liga yang baru.

Tiga hari setelah kekalahan dari Liverpool, Havertz akhirnya menemukan panggungnya. Dia membalas semua nyinyiran yang dialamatkan untuknya. Pemain bertinggi badan 1,89 meter ini mencuri perhatian kala Chelsea menang 6-0 atas Barnsley di putaran III Piala Liga/Carabao Cup (23/9).

Havertz yang bermain selama 66 menit, mencetak hat-trick. Itu pertama dalam karier bola profesionalnya, dia mampu membuat tiga gol dalam satu pertandingan.

Tiga gol itu jadi bukti, dia pemain muda yang sangat tenang ketika mendapatkan peluang. Di gol ketiga, Havertz dengan tenang melewati kiper lawan, melewatkan bola di sela kaki kiper, lalu menendang bola dengan santuy.

Havertz layak berterima kasih kepada Frank Lampard. Normalnya, pelatih tdak akan memainkan pemain mahalnya di laga Carabao Cup. Toh, lawan yang dihadapi "hanya" tim dari Divisi Championship (satu level di bawah Premier League).

Namun, Lampard tahu, Havertz perlu 'bersenang-senang' di lapangan. Bahwa mental sang pemain paling mahal Chelsea dalam bursa transfer musim ini, perlu dibesarkan setelah dihajar media di laga debutnya. Dan itulah yang terjadi.

"Ini hanya permulaan baginya. Saya yakin, penampilannya akan terus membaik. Kami hanya perlu menjaganya tetap bugar," ujar Lampard dikutip dari dailystar.co.uk.

Bukan hanya hat-trick, Lampard juga mendapat 'bonus' tontonan kolaborasi apik Havertz dengan penyerang muda Inggris, Tammy Abraham. Semua gol Havertz di laga itu andil dari striker berusia 22 tahun ini.

Dianggap Johan Cruyff di Era Modern

Penampilan apik Havertz itu laksana hujan sehari yang membuat orang melupakan kemarau panjang. Dia yang semula dicaci, lantas dipuji.

Tak tanggung-tanggung, Havertz bahkan disejajarkan dengan salah satu pemain terbaik dalam sejarah sepak bola.

Melansir dari Sky Sports, mantan pelatih RB Leipzig, Ralf Rangnick membandingkan Havertz dengan Johan Cruyff. Dia menyebut hanya soal waktu, publik Inggris akan tahu kualitas Havertz sebenarnya.

"He's the type of modern Johan Cruyff. He can score goals and he can povide assists," ujar Rangnick.

Sabtu (26/9) malam nanti, Chelsea akan menghadapi West Browmich Albion (WBA) di pekan ketiga Liga Inggris. Havertz akan kembali jadi sorotan. Publik akan kembali menunggu bagaimana penampilannya.

Pendukung Chelsea pasti juga penasaran, di posisi mana Lampard akan memainkan Havertz. Di dua laga awal Premier League, Havertz dianggap tak cocok bermain sebagai sayap kanan dalam formasi 4-3-3. Dia bermain bagus ketika diplot di belakang penyerang.

Havertz bahkan bersuara bila dirinya paling cocok bermain di "posisi nomor 10". Dia seolah meminta agar Lampard tidak lagi memainkannya di posisi seperti kala melawan Brighton dan Liverpool.

Dan yang tak kalah menarik ditunggu adalah, apakah Lampard akan kembali memainkan Havertz bersama Tammy Abraham. Melansir dari onefootball.com, seusai laga melawan Bransley, Havertz memuji Abraham.

Itu pertama kali kami bermain bersama. Saya pikir, kolaborasi kami di lapangan sangat bagus. Dia penyerang yang sangat bagus. Bagi saya sebagai pemain nomor 10, sangat menyenangkan bermain bersamanya".

Begitu pujian Havertz untuk Abraham. Di dua laga sebelumnya, dia bahkan tidak memberikan pujian untuk Timo Werner, penyerang yang merupakan rekan senegaranya.

Lampard mungkin bakal pusing menurunkan komposisi pemainnya di laga melawan WBA nanti. Utamanya apakah memainkan Tammy Abrahan atau tidak. 

Toh, itu pusing yang menyenangkan. Dia pastinya lega, pemain-pemain barunya mampu melewati masa ujian mental 'ospek' dengan cepat. Utamanya Kai Havertz. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun