Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Skor 7-2 dan Sinyal Liverpool Cukup Syarat Bicara "Treble Winners"

25 September 2020   11:04 Diperbarui: 25 September 2020   11:10 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Jepang, Takumi Minamino (tengah) tampil bagus kala Liverpool menang 7-2 atas Lincoln City di Carabao Cup, Jumat (25/9) dini hari tadi. Minamino yang mencetak dua gol dan membuat satu assist, memberi kedalaman bagi skuad Liverpool di musim ini/Foto: Bola.com

Kompetisi sepak bola mengajarkan kepada kita, untuk menjadi pemenang, tak cukup hanya tampil bagus di awal. Tidak cukup berprinsip "awal yang menggoda, selanjutnya terserah Anda".

Ada banyak cerita, tim yang tampil bagus di awal, mereka pada akhirnya merana. Mereka bukanlah tim yang tertawa paling akhir. Kenapa begitu?

Sebab, hal terpenting untuk memenangi kompetisi adalah konsistensi. Konsisten tampil bagus sejak awal hingga akhir. 

Itu baru satu kompetisi. Bagaimana bila tampil di beberapa kompetisi? Ya konsistensinya harus dobel. Bahkan triple konsisten.

Konsistensi itulah yang tidak dimiliki Liverpool dalam beberapa tahun sebelumnya. Liverpool kerapkali tampil oke di awal musim. Namun, di akhir musim hanya "nyaris juara". Baru di musim lalu, mereka akhirnya bisa juara Prmeier League setelah menunggu 30 tahun.

Nah, di kompetisi musim 2020/21 ini, Liverpool tidak hanya berpeluang untuk kembali juara Liga Inggris. Si Merah juga berpeluang meraih lebih dari satu trofi. Itu ramalan siapa?

Sinyal dari Kemenangan 7-2 di Carabao Cup

Bukan ramalan. Namun, sinyal itu muncul Jumat (25/9) dini hari tadi. Liverpool menang besar 7-2 atas Lincoln City di putaran III League Cup (Carabao Cup). The Reds menunjukkan, mereka memiliki cukup syarat untuk memenangi lebih dari satu trofi di musim ini.

Apa istimewanya menang besar melawan tim dari League One alias Divisi II yang berada dua tingkat di bawah Premier League?

Memang, tidak keliru bila  menganggap kemenangan itu biasa saja. Sudah sewajarnya bila Liverpool menang besar atas tim dari League One.

Apalagi, sehari sebelumnya, beberapa tim Premier League juga meraih kemenangan besar di putaran III Carabao Cup ini. Seperti Chelsea yang menang 6-0 atas tim Championship, Barnsley. Newcastle United bahkan menang 7-0 atas tim League Two, Morecambe.

Tapi jangan lupa, Chelsea menang besar karena memainkan hampir separoh pemain inti. Termasuk bek tengah anyar asal Brasil, Thiago Silva dan kapten Cesar Azpilicueta yang baru pulih. Newcatle juga begitu.

Namun, bila melihat siapa saja 11 pemain Liverpool yang bermain di laga ini, kita bisa berujar bahwa kemenangan ini berbeda.

Kita bisa berujar bahwa Liverpool musim ini memiliki kedalaman skuad yang mengesankan. Maknanya dalam, bahwa antara pemain inti dan pemain cadangan, kualitasnya nyaris sama.

Bayangkan, Liverpool kini memiliki sekitar 20 pemain dengan kualitas tidak beda jauh. Mayoritas sudah teruji tampil di pertandingan besar.

Di laga melawan Lincoln City tersebut, pelatih Liverpool, Jurgen Klopp, memainkan tim yang benar-benar berbeda dari tim yang mengalahkan Chelsea 2-0 di Liga Inggris pada akhir pekan kemarin (20/9).

Ada 10 pemain berbeda di daftar starting XI. Hanya Virgil van Dijk yang "terpaksa" kembali dimainkan. Dibilang terpaksa karena dua bek tengah Liverpool, Joe Gomez dan Joel Matip belum bisa dimainkan karena diganggu cedera. 

Selebihnya, Klopp memainkan pemain yang belum pernah tampil jadi starter di dua laga awal Premier League musim 2020/21 ini.

Posisi kiper diisi Adrian. Bek tengah Inggris berusia 19 tahun, Rhys Williams tampil jadi starter. Lalu di posisi full back, ada Kostas Tsimikas dan Neco Williams yang juga baru berusia 19 tahun.

Kemudian posisi tiga gelandang diisi Marko Grujic, Xherdan Shaqiri, dan Curtis Jones. Sementara pemain Jepang, Takumi Minamino diplot sebagai "pemain nomor 10" di belakang dua penyerang, Divock Origi dan Harvey Elliot yang baru berusia 17 tahun.

Kombinasi pemain lulusan akademi Liverpool yang masih berusia belasan tahun dan pemain matang yang menjadi pelapis tim utama ini tammpil memukau di markas Lincoln.

Shaqiri mengawali gol dari tendangan bebas keren di menit ke-9. Minamino mencetak dua gol di menit ke-18 dan 46. Gol pertama tercipta dengan cantik. Minamino melepaskan tendangan melengkung yang melaju ke pojok kanan gawang Alex Palmer, kiper Lincoln.

Curtis Jones juga mencetak dua gol di menit ke-18 dan 46. Dua gol ini seolah 'kembar' karena proses terciptanya hampir sama. Dua gol lainnya dicetak Gurjic di menit ke-65 dan Origi di menit ke-89.

Di laga ini, van Dijk hanya bermain setengah babak. Di babak kedua, posisinya digantikan oleh Fabinho. Gelandang bertahan asal Brasil ini mulai dimainkan jadi bek tengah sejak melawan Chelsea kemarin. Sementara Shaqiri ditarik keluar di menit ke-7, digantikan Naby Keita.

Jurgen Klopp juga mengenalkan pemain barunya, Diogo Jota. Pemain asal Portugal yang dibeli dari Wolverhampton ini masuk di menit ke-57 menggantikan Elliott.

Skuad Liverpool kini "Lebih Dalam"

Dari situ, kita bisa tahu betapa dalamnya skuad Liverpool. Kedalaman skuad inilah yang menjadi syarat utama bagi sebuah tim bila ingin memenangi banyak trofi dalam satu musim kompetisi. Sebab, namanya kompetisi jelas memakan waktu panjang. Berbulan-bulan.

Selama berjalannya kompetisi, bukan tidak mungkin ada pemain inti yang cedera atau menjalani skorsing kartu kuning. Bila begitu, maka pemain penggantinya harus sepadan.

Itu baru satu kompetisi lho. Bagaimana bila harus tampil di empat 'lapangan' seperti yang dijalani Liverpool. Mereka tampil di Premier League, Piala FA, Carabao Cup, dan juga Liga Champions.

Bila begitu, pelatih tidak hanya dihantui cedera pemain. Namun, jadwal mepet antara satu kompetisi dengan kompetisi lainnya yang menguji kebugaran pemain, juga membuat pusing pelatih. Lha wong jadwal tanding hanya berjarak tiga hari.

Nah, untuk melakoni kompetisi yang panjang, padat, dan jadwalnya berdekatan satu sama lain, mutlak diperlukan skuad yang dalam. Sebuah tim harus punya "dua tim" yang nyaris berimbang.

Jika tidak, sebuah tim akan 'kehabisan baterai' di tengah kompetisi. Masih bagus bila masih bisa memilih prioritas turnamen yang bisa dimenangi. Yang menyedihkan bila semua gagal dimenangi.

Dengan kedalaman skuad yang dimiliki sekarang, Klopp pastinya ingin membawa Liverpool mengukir cerita baru. Juara Liga Champions sudah diraih pada 2019 lalu. Juara Liga Inggris juga sudah.

Sudah 20 Tahun Berlalu Sejak Liverpool Memenangi Tiga Trofi Semusim

Ya, kini Klopp pasti tergoda untuk memenangi lebih dari satu dalam satu musim. Apalagi, Liverpool sudah sangat lama tidak pernah meraih banyak trofi dalam satu musim.

Sudah berlalu 20 tahun sejak Liverpool mampu memenangi tiga trofi di musim 2000/01. Kala itu, Liverpool bisa juara Piala FA, League Cup, dan di kompetisi Eropa meraih UEFA Cup (cikal bakal Europa League).

Ketika itu, Liverpool memang memiliki skuad yang cukup dalam. Di lini pertahanan mereka punya sedikitnya enam pemain andalan. Ada Stephane Henchoz, Christian Ziege, Markus Babbel, Sami Hyypia, Vergard Heggem dan Jamie Carragher yang baru berusia 22 tahun.

Di lini tengah mereka punya Jamie Redknapp, Vladimir Smicer, Dietmar Hamann, Danny Murphy, Patrick Berger, Gary McAllister, serta rising star bernama Steven Gerrard yang baru berusia 20 tahun.

Dan di lini penyerangan, Liverpool memiliki Robbie Fowler, Emile Heskey, Michael Owen, dan pemain sarat pengalaman asal Finlandia yang pernah memenangi Liga Champions 1995 bersama Ajax Amsterdam, Jari Litmanen.

Dengan skuad yang dalam seperti itu, tidak mengherankan bila Liverpool yang dilatih Gerrard Houllier tersebut, bisa meraih tiga trofi di akhir musim 2000/01 itu.

Meski di Premier League hanya bisa finish di peringkat tiga, tetapi Liverpool masih bisa menang back to back atas Manchester United yang akhirnya menjadi juara.

Kini, dengan kedalaman skuad yang dimiliki, Juergen Klopp tentu ingin meraih prestasi seperti yang diukir Liverpoolnya Houllier pada 20 tahun lalu. Bisakah?

Dalam wawancara dengan liverpoolfc.com, Klopp belum menyebut target meraih banyak trofi di musim ini. Dia lebih memilih memuji pemain-pemain yang disebutnya menggunakan kesempatan untuk 'unjuk kemampuan'.

"Everybody used the opportunity tonight to show up, that's very important," ujar Klopp dikutip dari www.liverpoolfc.com.

Memang, masih terlalu pagi untuk membayangkan berapa banyak trofi yang bisa diraih Liverpool di musim ini.  Lha wong Liga Inggris baru memainkan dua pertandingan. Liga Champions bahkan belum dimulai. 

Namun, dengan kedalaman skuad yang mereka miliki, Liverpool hanya butuh konsisten menjalani semua kompetisi di musim ini.

Dan, Klopp sudah punya cara untuk membuat timnya tampil konsisten. Dia menyebut pintu untuk masuk tim utama masih terbuka bagi setiap pemain selama mereka terus tampil bagus bila mendapat kesempatan bermain. Bukankah itu cara jitu untuk memotivasi setiap pemain?

Dalam ranah perusahaan, Klopp bak seorang manajer yang berkata kepada anak buahnya: "kalian semua bisa mendapatkan promosi jabatan dan kenaikan tunjangan bila terus memperlihatkan hasil kerja yang bagus".

Tentu saja, 'tantangan terbuka' itu akan memotivasi anak buahnya. Mereka akan termotivasi untuk terus bekerja seoptimal mungkin. Gambaran seperti itulah yang akan terjadi pada Liverpool musim ini. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun