Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersyukur, Rumput Tetangga (Tidak) Selalu Lebih Hijau

25 September 2020   06:37 Diperbarui: 25 September 2020   07:20 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumput tetangga tidak selalu lebih hijau. Kita sendiri yang membuat gambaran bahwa rumput tetangga lebih hijau atau tidak. Kuncinya adalah pandai mensyukuri yang kita miliki/Foto: seruni.id

Tidak hanya rentan terpapar Covid-19, para awak media juga ikut terdampak secara ekonomi seiring industri media yang terseok-seok di tengah pandemi. Ada banyak media yang tengah 'sakit' kondisi finansialnya.

Beberapa kawan berkeluh kesah perihal upah mereka yang dipotong alias tidak lagi dibayarkan penuh seperti dulu. Ada yang dirumahkan sehingga sehingga terpaksa "banting setir" dengan berjualan nasi bungkus ataupun membuka warung kopi kecil-kecilan.

Kabar pekerja media banyak yang menjadi pengangguran itu menambah daftar panjang jumlah orang-orang tunakerja yang muncul akibat adanya pandemi di negeri ini. Sebelumnya, sudah ada jutaan orang yang mendadak menganggur alias tidak punya pekerjaan tetap.

Stres karena mendapat pesangon ratusan juta

Kembali ke cerita kawan tersebut, dia mengaku sempat shock ketika mendadak dikabari oleh kantornya bila dirinya masuk dalam daftar 'di-pensiunkan'. Baginya, pemberitahuan itu bak ban mobil yang mendadak meletus dan menimbulkan suara keras. Blarrr.

Meski mendapat pesangon ratusan juta, itu tidak membuatnya bahagia. Baginya, pesangon dalam jumlah besar itu tidak bisa menjamin masa depan. Berbeda bila tetap bekerja yang berarti ada pemasukan yang kontinyu setiap bulan seperti sebelumnya.

Lantas, bayangan kesulitan pun mendadak muncul. Bayangan tentang cicilan rumah yang belum lunas. Bagaimana pula dengan cicilan kendaraan yang juga belum selesai.

Juga bagaimana kewajiban pembayaran sekolah anak yang meski di masa pandemi, tetapi harus tetap dibayar tiap bulan. Bagaimana dan bagaimana lainnya. Ada kekhawatiran yang mencuat. Dia mengaku mendadak stress.

Dia juga sadar, uang pesangon itu tidak bisa dipakai sembarangan. Bilapun diputar untuk memulai usaha, menurutnya dalam situasi serba sulit seperti sekarang, sangat berisiko.

Sebab, bla tidak cermat, bukannya untung yang didapat, malah uang yang 'diputar' tersebut bisa tidak kembali. Karenanya, tidak sedikit orang yang lebih senang menyimpan uang daripada dikeluarkan.

Sebagai kawan, demi mendengar cerita kawan tersebut saya mencoba untuk membesarkan hatinya. Saya mencoba untuk membuatnya sejenak melupakan stres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun