Pekan awal kompetisi sepak bola Eropa yang dimulai akhir pekan kemarin, menghadirkan beragam cerita. Salah satunya tentang penampilan tim promosi yang langsung mencuri perhatian.
Sebagai informasi, predikat tim promosi merupakan sebutan bagi mereka yang baru saja 'naik kelas'. Sebelumnya, mereka tampil di divisi bawah, kemudian mendapatkan promosi ke divisi di atasnya.
Selayaknya tim promosi, mereka dianggap sebagai pendatang baru yang minim pengalaman dan masih belajar beradaptasi dengan lingkungan mereka yang baru. Mereka beradaptasi dengan kompetitor baru yang lebih berpengalaman dan bahkan lebih kuat dari mereka.
Karenanya, bila hasil yang mereka raih kurang bagus di awal, orang mungkin masih memaklumi. Namanya juga masih belajar. Namun, bila di awal kompetisi langsung tampil bagus, apalagi bila lawan yang dihadapi sang juara bertahan, tim promosi itu layak mendapatkan sorotan.
Kejutan RC Lens dan Leeds United
Situasi itulah yang terjadi pada tim promosi di Ligue 1, RC Lens. Di pekan kedua Liga Prancis musim 2020/21, RC Lens membuat kejutan besar. Mereka bisa mengalahkan Paris Saint-Germain (PSG) pada 11 September lalu.
PSG yang merupakan juara Ligue 1 Prancis di tiga musim terakhir dan juga finalis Liga Champions 2020, bisa mereka kalahkan dengan skor 1-0.
Memang, PSG tidak tampil dengan tim terbaiknya. Neymar, Kylian Mbappe, Angel Di Maria, dan Marquinhos belum turun bermain. Toh, masih ada beberapa nama tenar seperti Juan Bernat, Presnel Kimpembe, Ander Herrera, Marco Verratti, hingga Pablo Sarabia.
Selain Lens, tim promosi yang juga mendapat porsi pemberitaan besar adalah Leeds United. Pendatang baru di Premier League Inggris ini mendapat banyak pujian setelah tampil bagus kala melawan sang juara bertahan, Liverpool.
Memang, Leeds kalah di laga yang dimainkan Sabtu (12/9) tengah malam waktu Indonesia itu. Mereka akhirnya takluk 3-4 dalam laga mendebarkan di Anfield itu. Namun, penampilan Leeds layak dipuji.
Bayangkan, sebuah tim promosi, mampu tiga kali mengejar ketertinggalan melawan tim sekelas Liverpool. Ya, Leeds sempat tiga kali tertinggal di laga itu, tetapi mampu menyamakan skor sebelum penalti Mo Salah di menit ke-88, mengakhiri perlawanan mereka.
Seusai laga, pelatih Liverpool, Juergen Klopp dan beberapa pemainnya, tak segan menyampaikan pujian untuk Leeds. Salah satunya kiper Alisson Becker yang gawangnya langsung tiga kali kemasukan gol di laga perdana.
"Menurut saya, mereka (Leeds) tim bagus dan memiliki mental yang tangguh. Mereka membuat kami kesulitan, meski mereka juga merasakan hal yang sama dengan cara kami bermain," ujar Alisson dikutip dari sini.
Di laga itu, pemain-pemain Leeds memang tampil percaya diri dan berani meladeni permainan menyerang Liverpool. Dilatih oleh pelatih senior asal Argentina, Marcelo Bielsa, Mereka seolah sangat siap dan tahu caranya menghadapi Liverpool.
Data statistik di website resmi Liverpool menunjukkan, Leeds United lebih unggul dalam penguasaan bola sebesar 51,2 persen. Leeds juga unggul dalam "duels success rate" sebesar 55,7 persen.
Leeds bisa menjadi pengganggu The Big Six atau hanya 'hangat ' di awal musim?
Leeds yang kembali tampil di Premier League setelah 16 tahun terasing di Divisi Championship, seperti ingin memberikan 'pengumuman' kepada publik bahwa Leeds United telah kembali.
Dan memang, setelah penampilan di Anfield tersebut, ada banyak suara yang menyebut Leeds United bakal bisa tampil bagus di Liga Inggris musim 2020/21. Minimal bisa bertahan di Premier League.
Malah, ada yang menyebut Leeds bisa menjadi pengganggu tim-tim "The Big Six" seperti ketika mereka menjadi langganan papan atas di Liga Inggris era akhir 90-an dan awal 2000-an dengan pemain-pemain top seperti Mark Viduka, Rio Ferdinand, dan Harry Kewell.
Benarkah seperti itu?
Atau malah, penampilan Leeds United ataupun RC Lens di Liga Prancis, hanya seperti 'hangat-hangat tahi ayam' yang hanya bagus di awal musim, tetapi kemudian melempem ketika kompetisi sudah separoh jalan.
Sah-sah saja memprediksi Leeds United akan bisa menjadi tim "kuda hitam" di Liga Inggris musim ini seperti halnya Wolverhampton dan Sheffield United di Liga Inggris musim 2019/20 lalu.
Namun, memprediksi sukses sebuah tim hanya berdasarkan satu pertandingan saja, jelas 'datanya lemah'. Sebab, masih ada 37 pertandingan yang harus dimainkan. Dan, apapun masih bisa terjadi dalam 37 laga itu.
Sampean (Anda) tentu masih ingat dengan apa yang terjadi pada Norwich City di Liga Inggris musim 2019/20 lalu. Awalnya, tim berjuluk Si Kenari Kuning ini tampil mengejutkan di awal musim.
Norwich menjadi tim pertama yang bisa mengalahkan Manchester City dengan skor 3-2. Mereka juga mengalahkan Leicester City, Everton, dan Newcastle United. Serta menahan imbang Arsenal dan Tottenham Hotspur.
Media-media Inggris juga memberikan sorotan kepada penyerang Norwich, Teemu Pukki. Utamanya ketika striker asal Finlandia ini membuat hat-trick ke gawang Newcastle United.
Yang terjadi kemudian, Norwich tampil buruk di putaran kedua kompetisi. Mereka seperti 'kehabisan baterai'. Pada akhirnya, Norwich terdegradasi setelah 'rebahan' di posisi juru kunci.
Tentu saja, Leeds United dan Norwich City tidak bisa dibandingkan identik. Bagaimanapun, Leeds lebih punya sejarah dan nama besar di Premier League dibandingkan Norwich.
Karenanya, mereka bakal lebih diperhitungkan dibandingkan dua tim promosi lainnya, Fulham dan West Bromwich Albion. Tim-tim Premier League akan mewaspadai kejutan Si Putih--julukan Leeds.
Namun, tantangan tampil di Premier League bagi tim promosi tidaklah mudah. Berat. Ingat, Premier League dikenal sebagai liga yang persaingannya paling ketat dibanding liga-liga Eropa lainnya. Bahkan, di musim 2019/20, penentuan tim degradasi ditentukan di pertandingan terakhir.
Bagi tim promosi, butuh konsistensi super untuk melewati 38 pertandingan dengan hasil bagus agar bisa bertahan, atau bahkan meraih 'sesuatu' di akhir musim.
Pada akhirnya, apakah Leeds United bakal bisa kontinyu tampil bagus di Premier League 2020/21, ataukah hanya fenomena 'hangat-hangat tahi ayam' yang cuma panas di awal musim?
Ah, saya tidak mau memprediksi nasib sebuah tim hanya berdasarkan satu penampilan saja. Nanti, bila Leeds United sudah melewatkan 7 atau 10 pertandingan, kita baru mulai bisa menerawang pencapaian mereka musim ini. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H