Malah, dulu sempat muncul mitos bahwa tim yang juara Community Shield tidak akan bisa juara Liga. Fan sejati Manchester United (MU) pasti ingat, tim mereka pernah kalah empat kali beruntun di Community Shield pada 1998-2001.
Yang terjadi di tahun itu, MU malah tampil sebagai juara Liga Inggris tiga kali beruntun selama periode itu. Yakni juara musim 1998/99 (treble winners), 1999/20, dan 2000/01.
Karena memang, untuk menang di satu pertandingan seperti di Community Shield dan menjadi juara di kompetisi panjang yang harus memainkan 38 pertandingan selama berbulan-bulan, jelas sangat berbeda.
Untuk bisa juara di kompetisi yang panjang, sebuah tim tidak hanya bisa mengandalkan peruntungan menang. Namun, mereka harus benar-benar tampil konsisten bagus sepanjang kompetisi.
Memahami fungsi kalah
Dan memang, kekalahan sejatinya bukanlah aib. Ia juga bukan petaka yang perlu diratapi. Ia hanya perlu disikapi dengan benar.
Sebab, bila mampu menyikapi kekalahan dengan benar, mereka yang kalah bisa mendapatkan feed back energi yang luar biasa. Karena memang, kalah itu punya beberapa fungsi.
Seperti fungsi untuk mengingatkan tentang hal yang masih perlu diperbaiki. Liverpool pun begitu. Dari kekalahan dengan Arsenal, mereka bisa merasakan betapa pentingnya menyelesaikan peluang yang didapat.
Klopp memang menyebut timnya tidak mampu menuntaskan beberapa peluang yang didapat di laga itu.
"We had our two or three big moments, which we didn't finish off. That's what then decides games, we know that, and so that's the reason for the result," ujarnya dikutip dari https://www.liverpoolfc.com/news/first-team/407079-jurgen-klopp-press-conference-community-shield-arsenal.
Itu menjadi pelajaran penting bagi Liverpool. Bahwa ketika Liga Inggris 2020/21 dimulai pada 12 September nanti, bila ingin kembali juara, tidak boleh lagi ada peluang gol yang disia-siakan. Bahwa, fungsi kalah membuat Liverpool akan memperbaiki penampilan.