Itu berat bagi yang tidak kuat. Pahit. Sangat pahit. Butuh kebesaran hati untuk melakukan itu.
Sebagai gambaran, awal Juli lalu, gelandang City, Bernardo Silva jadi sorotan media di Inggris ketika timnya melakukan guard of honour untuk pemain Liverpool, dia malah ogah-ogahan sekadar untuk bertepuk tangan.
Namun, Klopp lagi-lagi mengajak anak asuhnya untuk meresapi "ilmu kalah". Dia ingin Mo Salah dkk belajar menyikapi pahitnya kalah, lantas muncul energi untuk tampil bagus di Liga Inggris musim 2020/21 yang dimulai 12 September mendatang.
Dalam wawancara dengan liverpoolfc.com, Klopp menyebut kekalahan merupakan hal biasa dalam sepak bola. Terlebih kalah karena adu penalti yang disebutnya sebagai 'lotere'.
Terpenting baginya, pemain-pemain Liverpool harus belajar 'berdamai' dengan  kekalahan seperti halnya musim lalu. Lantas, tampil 'gas pol' kencang di Liga Inggris.
"We constantly have to learn and prove then again we can deal with defeats. Dealing with defeats is in football a very important lesson always".
Apakah ini pertanda Liverpool bakal kembali juara Liga Inggris musim 2020/21?
Masih jauh membahas hal itu. Meski, bisa saja terjadi situasi yang berulang di Liga Inggris. Tapi yang jelas, terlalu naif bila menyebut Liverpool tidak lagi kuat seperti musim lalu hanya karena kekalahan di Community Shield.
Sebab, Community Shield bukanlah ukuran satu-satunya kekuatan tim jelang tampil di Liga Inggris. Community Shield yang dimainkan sejak 1908 antara juara liga dan juara Piala FA, sekadar jadi penanda bakal dimulainya Liga Inggris. Sebuah laga pemanasan.
Faktanya, hanya ada secuil fakta, tim yang menang di laga Community Shield kemudian bisa juara Liga Inggris. Dalam 10 tahun terakhir, hanya dua kali tim juara lantas bisa menjadi juara Liga Inggris.
Yakni Manchester United saat juara Community Shield 2010 lantas juara liga musim 2010/11 dan Manchester City ketika juara Community Shield 2018 lalu juara Liga Inggris musim 2018/19.