Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Liverpool dan Pelajaran Menyikapi Pahitnya Kalah

31 Agustus 2020   08:40 Diperbarui: 31 Agustus 2020   09:47 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Liverpool kembali takluk di laga Community Shield. Sama seperti musim lalu, mereka kalah adu penalti 4-5 (1-1). Dengan meresapi

Kata siapa sepak bola itu selalu menyenangkan. Tanyakan kepada Neymar Jr. Pada 24 Agustus lalu, pesepak bola asal Brasil itu merasakan betapa sepak bola itu menyakitkan ketika timnya kalah di final Liga Champions.

Kata siapa sepak bola itu membahagiakan. Tanyakan kepada Rhian Brewster. Akhir pekan kemarin, anak muda 20 tahun ini dipaksa merasakan betapa sepak bola itu menyebalkan usai tendangan penaltinya melangit sehingga Liverpool kalah adu penalti di laga FA Community Shield (29/9). 

Namun, betapapun sepak bola terkadang menyakitkan dan menyebalkan, tetapi ia selalu menawarkan pelajaran penting. Bahwa, kekalahan tidak hanya menghadirkan kepiluan.

Selama bisa menyikapinya dengan benar, kekalahan bisa menjadi kekuatan untuk mewujudkan slogan bahwa "kegagalan adalah juara yang tertunda".

Anda tahu, sukses Liverpool menjadi juara Liga Inggris musim 2019/20 yang mengakhiri penantian selama 30 tahun, juga berawal dari rentetan kekalahan yang menyebalkan.

Pada 4 Agustus 2019 silam, Liverpool kalah adu penalti 4-5 dari Manchester City usai bermain 1-1 di laga Community Shield. Liverpool lagi-lagi dipecundangi City. Di Liga Inggris musim sebelumnya, Liverpool hanya tertinggal satu poin dari City yang akhirnya juara.

Yang terjadi, Pelatih Liverpool, Juergen Klopp menginstruksikan anak asuhnya untuk berkumpul menyaksikan selebrasi juara Manchester City. Normalnya,  melihat tim lawan merayakan gelar itu menyakitkan.

Namun, Klopp menginginkan anak asuhnya meresapi "ilmu kalah". Bahwa, dengan melihat tim rival juara, mereka bisa merasakan bahwa kalah itu tidak enak. Karenanya, mereka akan termotivasi untuk tidak kembali kalah dalam perburuan gelar Liga Inggris musim 2019/20.

Kita tahu cerita yang terjadi kemudian. Liverpool mendominasi liga dengan keunggulan poin yang belum pernah ada dalam sejarah karena saking besarnya selisih poin dengan para rival.

Meresapi kekalahan cara Jurgen Klopp

Nah, akhir pekan kemarin, situasi bak deja vu dialami Liverpool. The Reds--julukan Liverpool kembali kalah di laga Community Shield dengan skor yang sama (kalah adu penalti 4-5 usai bermain 1-1). Bedanya, lawannya kali ini Arsenal. Bukan City.

Dan, lagi-lagi, Klopp mengajak anak asuhnya untuk memberi aplaus kepada tim juara. Ketika rasa kecewa karena kalah belum sirna, Virgil van Dijk dkk 'dipaksa' melihat kegembiraan pemain-pemain Arsenal merayakan gelar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun