Kata siapa sepak bola itu selalu menyenangkan. Tanyakan kepada Neymar Jr. Pada 24 Agustus lalu, pesepak bola asal Brasil itu merasakan betapa sepak bola itu menyakitkan ketika timnya kalah di final Liga Champions.
Kata siapa sepak bola itu membahagiakan. Tanyakan kepada Rhian Brewster. Akhir pekan kemarin, anak muda 20 tahun ini dipaksa merasakan betapa sepak bola itu menyebalkan usai tendangan penaltinya melangit sehingga Liverpool kalah adu penalti di laga FA Community Shield (29/9).Â
Namun, betapapun sepak bola terkadang menyakitkan dan menyebalkan, tetapi ia selalu menawarkan pelajaran penting. Bahwa, kekalahan tidak hanya menghadirkan kepiluan.
Selama bisa menyikapinya dengan benar, kekalahan bisa menjadi kekuatan untuk mewujudkan slogan bahwa "kegagalan adalah juara yang tertunda".
Anda tahu, sukses Liverpool menjadi juara Liga Inggris musim 2019/20 yang mengakhiri penantian selama 30 tahun, juga berawal dari rentetan kekalahan yang menyebalkan.
Pada 4 Agustus 2019 silam, Liverpool kalah adu penalti 4-5 dari Manchester City usai bermain 1-1 di laga Community Shield. Liverpool lagi-lagi dipecundangi City. Di Liga Inggris musim sebelumnya, Liverpool hanya tertinggal satu poin dari City yang akhirnya juara.
Yang terjadi, Pelatih Liverpool, Juergen Klopp menginstruksikan anak asuhnya untuk berkumpul menyaksikan selebrasi juara Manchester City. Normalnya, Â melihat tim lawan merayakan gelar itu menyakitkan.
Namun, Klopp menginginkan anak asuhnya meresapi "ilmu kalah". Bahwa, dengan melihat tim rival juara, mereka bisa merasakan bahwa kalah itu tidak enak. Karenanya, mereka akan termotivasi untuk tidak kembali kalah dalam perburuan gelar Liga Inggris musim 2019/20.
Kita tahu cerita yang terjadi kemudian. Liverpool mendominasi liga dengan keunggulan poin yang belum pernah ada dalam sejarah karena saking besarnya selisih poin dengan para rival.
Meresapi kekalahan cara Jurgen Klopp
Nah, akhir pekan kemarin, situasi bak deja vu dialami Liverpool. The Reds--julukan Liverpool kembali kalah di laga Community Shield dengan skor yang sama (kalah adu penalti 4-5 usai bermain 1-1). Bedanya, lawannya kali ini Arsenal. Bukan City.
Dan, lagi-lagi, Klopp mengajak anak asuhnya untuk memberi aplaus kepada tim juara. Ketika rasa kecewa karena kalah belum sirna, Virgil van Dijk dkk 'dipaksa' melihat kegembiraan pemain-pemain Arsenal merayakan gelar.