Orang Surabaya itu terkenal senang parikan. Semacam berpantun dengan bahasa Suroboyoan. Parikan dipilih untuk mengutarakan maksud, bercanda, hingga menyampaikan kritik sosial.
Seperti akhir Juli lalu, pihak pengelola Kebun Binatang Surabaya (KBS) menulis parikan di akun media sosial mereka untuk menyampaikan pengumuman bahwa wisata satwa yang menjadi ikon Surabaya itu akan kembali dibuka.
Gombes tuku es nang Kalisosok
Bambang ngirim paket nang Prapen
KBS wes buka Senin sesok
Saiki ndang tukuo tiket lewat onlen
Setelah sekian purnama ditutup, Kebun Binatang Surabaya kembali dibuka untuk umum sejak Senin (27/7/2020) lalu. Tentu saja, keputusan membuka destinasi wisata keluarga 'murah meriah' itu butuh persiapan matang.
Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) KBS selaku pengelola, menyiapkan protokol kesehatan ketat. Utamanya bagi pengunjung KBS. Sesuai tagline mereka "Aku Sehat, Kamu Sehat, Satwa Selamat".
Sebab, situasi pandemi di Surabaya belum sepenuhnya usai. Memang, di beberapa tempat sudah membaik. Namun, di beberapa kawasan lainnya masih berstatus "merah". Jangan sampai, dibukanya wisata satwa justru memunculkan klaster baru penyebaran wabah virus.
Tetapi memang, dibukanya kembali KBS itu menjadi kabar gembira bagi mereka yang sudah rindu melihat aneka satwa secara langsung. Bukan hanya di layar kaca televisi. Banyak orang rindu jalan-jalan.
Merasa bosan karena lebih banyak berdiam, belajar, bekerja, dan beribadah di rumah selama berbulan-bulan, membuat banyak orang merasa butuh refreshing. Namun, mereka berpikir dua kali bila bepergian jauh.
Bila begitu, KBS yang berada di pusat kota, bisa menjadi pilihan untuk berwisata sehat. Bukan hanya sehat pikiran karena bisa refreshing, tetapi juga sehat dompetnya karena harga tiketnya terjangkau.
Berwisata ke KBS, perhatikan protokol kesehatan
Namun, harus diingat, berwisata ke KBS sekarang berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Sejumlah protokol kesehatan harus dipatuhi seluruh pengunjung mulai dari awal memasuki kawasan hingga keluar.
Seperti untuk urusan tiket masuk, pengelola KBS kini tidak lagi melakukan penjualan tiket secara on the spot di depan loket masuk. Kini, tiket dijual melalui online.
Pengunjung KBS tinggal menunjukkan barcode kepada petugas yang berada di pintu masuk sebagai bukti telah memesan dan membayar tiket masuk. Ini dimaksudkan agar mengurangi kontak fisik antar pengunjung saat antre membeli tiket di loket.
Tugas petugas yang berjaga di pintu masuk juga bertambah. Mereka tidak hanya memeriksa bukti pembayaran, tetapi juga memeriksa suhu tubuh para pengunjung.
Bagi pengunjung yang diketahui memiliki suhu tubuh lebih dari 37,5o celsius, akan diminta beristirahat sejenak di ruang kesehatan selama beberapa menit. Nah, bila setelah beristirahat ternyata suhu tubuhnya tak kunjung turun, dia tidak diperkenankan masuk ke KBS.
Ketika pengunjung sudah masuk di KBS, mereka tidak bisa lagi berjalan sesuka hati mereka untuk melihat satwa. Sebab, kini jalur pengunjung dibuat satu arah.
Para pengunjung diwajibkan untuk berjalan sesuai dengan rute yang sudah ditentukan. Hal ini dimaksudkan agar para pengunjung tidak berpapasan dan terjadi penumpukan di satu titik. Para petugas disebar ke berbagai titik untuk memastikan seluruh pengunjung menerapkan protokol kesehatan.
Satu lagi, pengunjung juga tidak diizinkan menggelar tikar untuk beristirahat sekeluarga. Dulu, pemandangan seperti itu jamak terlihat di KBS. Ada keluarga yang membawa tikar untuk leyeh-leyeh melepas penat setelah berkeliling melihat satwa.
Selain membuat rute satu arah, pihak pengelola KBS juga membatasi jumlah pengunjung yang masuk dalam kawasan untuk mencegah kepadatan pengunjung.
Ketika hari Senin-Kamis, total kuota pengunjung dibatasi sebanyak 1500 orang dan di hari Jumat hanya 500 orang. Sedangkan di akhir pekan, total kapasitas 3000 orang. Jam operasionalnya juga dibagi menjadi dua sesi setiap harinya. Sesi pertama mulai pukul 08.30 hingga 11.30 WIB, dan sesi kedua pukul 12.30 hingga pukul 15.30 WIB.
Bagi sebagian pengunjung yang beberapa kali KBS, aturan itu mungkin dianggap ketat. Atau bahkan mungkin menganggapnya kurang asyik.
Tetapi memang, pandemi ini membuat banyak hal menjadi tidak asyik. Kita jadi tidak bisa leluasa melakukan dalam aktivitas seperti dulu. Bahkan, berwisata pun tidak bisa lagi sebebas dulu.
Namun, pilihan itu memang harus dilakukan. Sebab, siapapun yang berwisata, pastinya ingin tetap sehat. Tidak ada yang mau sakit.Bila begitu, ketentuan protokol kesehatan dan aturan dari pengelola wisata, harus dipatuhi.
Sekarang, bukan lagi eranya berpikir egois semisal karena merasa sehat lantas mengabaikan protokol kesehatan yang justru bisa membahayakan kesehatan orang lain.
KBS bukan sekadar tempat wisata keluarga
Ah ya, sekadar informasi bagi yang belum pernah mampir atau masuk ke KBS, bagi warga Surabaya dan sekitarnya, keberadaan Kebun Binatang Surabaya dianggap sebagai obyek wisata keluarga favorit.
Seperti ada "aturan tak tertulis" bahwa KBS yang seringkali disebut "BonBin" yang merupakan kependekan dari kebun binatang, harus dikunjungi. Sebab, di mana lagi bisa melihat satwa secara langsung dengan harga terjangkau bila tidak di KBS.Â
Saya yang tinggal di kota tetangga Surabaya, sejak bocah sudah beberapa kali diajak orang tua berwisata ke sana. Lantas, ketika sudah berkeluarga, mengajak anak-anak ke sana.
Selain sebagai obyek wisata, KBS merupakan kawasan bersejarah yang menjadi ikon kebanggaan Surabaya. Kebun binatang ini sudah ada sejak zaman Belanda. KBS didirikan pada tanggal 31 Agustus 1916 oleh Vereening dengan nama Soerabaiasche Planten-en Dierentuin.
Kebun Binatang Surabaya kini memiliki lebih dari 213 spesies satwa berbeda yang terdiri lebih dari 2.135 binatang. Termasuk di dalamnya satwa langka Indonesia maupun dunia yang terdiri dari Mamalia, Aves, Reptilia, dan Pisces.
Selain sebagai tempat rekreasi, KBS yang memiliki luas 15 hektar dan disebut-sebut sebagai kebun binatang terbesar se-Asia Tenggara, juga memiliki beberapa fungsi.
Seperti fungsi konservasi untuk menyelamatkan satwa yang terancam punah karena kerusakan habitatnya, fungsi edukasi untuk menanamkan rasa peduli terhadap satwa, flora, dan lingkungan kepada masyarakat. Juga, fungsi riset dan penelitian sebagai sarana riset dan penelitian bagi para pakar konservasi dalam berbagai disiplin ilmu.
Nah, merujuk peran dan fungsi penting KBS tersebut, di masa pandemi seperti ini, para pengunjung harus benar-benar patuh pada protokol kesehatan.
Sebab, itu tidak hanya berdampak pada diri sendiri atau pengunjung lain, melainkan juga berdampak pada satwa-satwa penghuni Kebun Binatang Surabaya.
Penerapan protokol kesehatan yang dilakukan pihak pengelola KBS, juga bisa menjadi contoh bagi kebun binatang di tempat lain bila akan membuka kembali wisata satwa tersebut.
Pendek kata, berwisata dipersilahkan, itu hak semua orang. Namun, dengan catatan mematuhi protokol kesehatan yang telah ditentukan. Jangan sampai, niat berwisata untuk senang-senang, malah menjadi duka hanya karena abai pada protokol kesehatan. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H