Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Santun Saat Berutang, Jangan Jadi "Belut" Saat Ditagih

8 Agustus 2020   14:31 Diperbarui: 8 Agustus 2020   14:27 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Umumnya, orang yang berutang akan menyampaikan alasan mengapa dirinya sampai harus meminjam uang. Ada yang jujur dan ngomong apa adanya. Ada yang pura-pura manis.

Pengalaman dulu, beberapa kawan yang berutang karena beralasan uang kiriman dari orang tuanya telat (terlambat dikirim) sehingga tidak punya uang untuk menyambung hidup di kos-kosan.

Atau karena alasan untuk mengurus pajak kendaraannya yang akan habis masa berlakunya. Hingga karena alasan gali lubang tutup lubang alias untuk menutup utang di tempat lain.

Setelah menceritakan alasannya, untuk meyakinkan orang yang akan dipinjam duitnya, mereka biasanya menyampaikan 'pengumuman penting'. Ini bagian pentingnya agar orang memberikan utangan.  

Seperti berjanji uangnya akan dikembalikan minggu depan karena akan mendapat arisan, bonus gaji dari kantor, tanah yang dijual laku, atau bahkan mendapat warisan.

Entah itu benaran atau sekadar alasan pemanis, kita yang akan meminjami uang juga tidak tahu. Tahunya nanti di minggu berikutnya. Apakah memang mereka yang berutang itu benar akan melunasi atau malah meminta 'perpanjangan waktu'.

Jangan mau enaknya saja, tapi juga berkomitmen membayar utang

Ya, berutang itu memang enak. Lebih enak daripada memberikan utangan. Bagaimana tidak enak, lha wong kita tinggal 'meyakinkan orang' dengan ucapan, lantas mendapatkan duit dalam jumlah sesuai yang ingin kita pinjam. Enak kan?

Namun, seenak-enaknya berutang, tentu saja tidak seterusnya enak. Maksudnya, jangan mau enaknya saja ketika menerima duit pinjamannya. Apalagi malah keenakan.

Namun, sebagai pihak yang berutang, kita juga harus berkomitmen untuk mengembalikan duit pinjaman itu tepat waktu. Berani berutang ya harus berani melunasi.

Jangan hanya bicara santun ketika akan meminjam uang agar dipenuhi maunya, tetapi ketika akan ditagih mendadak santunnya hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun