Liga Inggris "terpanjang" dalam sejarah akhirnya selesai pada Minggu (26/7) tadi malam. Disebut terpanjang karena baru kali ini, Liga Inggris selesai di penghujung Juli.
Di tahun-tahun sebelumnya, Premier League selalu selesai di bulan Mei. Bisa di pertengahan ataupun di pekan ketiga. Namun, pandemi virus yang membuat kompetisi menepi selama tiga bulan dan bahkan sempat diisukan akan dihentikan sebelum berlanjut pada pertengahan Juni lalu, membuat Premier League selesai lebih lama.
Nah, tadi malam, 10 pertandingan "final day" digelar di 10 stadion yang sepi penonton. Momen-momen dramatis tersaji sejak menit pertama, bahkan baru hitungan detik, hingga beberapa menit tambahan waktu.
Bila harus dipilih, sedikitnya ada lima drama berujung 'tertawa di akhir' di laga akhir Liga Inggris tadi malam. Ya, setelah melakoni menit-menit mendebarkan, beberapa tim akhirnya merasakan akhir bahagia selayaknya kebanyakan kisah akhir sebuah drama seri.
Drama di King Power Stadium, MU lolos ke Liga Champions
Dari 10 pertandingan tadi malam, salah satu yang paling disorot adalah pertemuan Leicester City menghadapi Manchester United (MU) di King Power Stadium. Laga ini paling disorot karena kedua tim sama-sama "bertaruh nasib" dalam memburu tiket lolos ke Liga Champions.
Â
Hasilnya, setelah babak pertama berlalu tanpa gol, babak kedua berjalan penuh drama. Dimulai dari penalti di menit ke-71 untuk MU yang diselesaikan sempurna oleh Bruno Fernandes. Sebelumnya, Anthony Martial dijepit dua pemain lantas dianggap dijatuhkan oleh Jonathan Evans, bek Leicester di kotak penalti.
Di menit ke-94, drama kembali terjadi ketika Evans, mantan bek MU di masa lalu itu diusir keluar lapangan usai mendapatkan kartu kuning kedua. Dan di menit ke-98, giliran kiper Leicester, Kasper Schmeichel yang membuat blunder.
Bola di kakinya bisa dicuri Jesse Lingard yang lantas tinggal mengarahkan ke gawang. Itu gol pertama Lingard di musim ini sekaligus 'gol paling telat' yang terjadi di 10 laga tadi malam.
Kemenangan 2-0 membuat pendukung MU di seluruh dunia bisa menutup Liga Inggris musim ini dengan "happy ending". Sebab, MU mengakhiri musim di peringkat tiga dan lolos ke Liga Champions musim 2020/21.
Drama di Stamford Bridge, Chelsea lolos ke LC dan "menolong" Mourinho
Selain di King Power Stadium, laga tadi malam yang juga paling disorot adalah duel Chelsea melawan Wolverhampton di Stamford Bridge. Sama seperti MU, Chelsea juga butuh poin untuk lolos ke Liga Champions. Sementara Wolverhampton butuh menang untuk lolos ke Europa League.
Di babak pertama, fan Chelsea dibuat harap-harap cemas karena timnya tak kunjung bikin gol. Memang, hasil imbang bisa meloloskan The Blues ke Liga Champions. Namun, bila Wolverhampton mencetak gol, itu bisa berbahaya bagi Chelsea. Sebab, bila kalah, peluang Chelsea ke Liga Champions bisa ambyar.
Hingga, drama terjadi di tambahan waktu babak pertama. Pelatih Chelsea, Frank Lampard, seperti ikut bermain di lapangan dalam wujud Mason Mount. Gelandang Inggris berusia 21 tahun ini mencetak gol tendangan bebas di menit pertama tambahan waktu. Gol itu persis gol free kick Lampard semasa menjadi pemain.
Tiga menit kemudian, di menit keempat tambahan waktu, Mount kembali membuat Lampard girang. Umpa terukurnya bisa diselesaikan dengan penuh perjuangan oleh Olivier Giroud. Chelsea pun unggul dua gol hanya dalam empat menit.
Skor itu tidak berubah hingga akhir laga. Chelsea menang, berakhir di peringkat 4, dan memastikan lolos ke Liga Champions musim depan. Itu hasil akhir yang membahagiakan bagi Lampard, Chelsea, dan juga pendukungnya. Â
Di sisi lain, kemenangan Chelsea itu ternyata 'menolong' klub tetangga, Tottenham Hotspur. Tottenham yang kini dilatih mantan pelatih Chelsea, Jose Mourinho, lolos ke Liga Europa usai finish di peringkat 6 berkat hasil imbang 1-1 di markas Crystal Palace.
Yang dramatis, Tottenham lolos ke Eropa 'hanya' berkat keunggulan selisih gol. Poin Tottenham dan Wolverhampton sama, 59 poin. Namun, mereka punya surplus 14 gol berbanding 11 gol Wolverhampton.Â
Itu pencapaian bagus bagi Mourinho merujuk penampilan Tottenham yang labil di Liga Inggris musim ini. Tentu saja, Mou perlu berterima kasih kepada Lampard, mantan pemain kesayangannya.
Drama di St. James Park, "Start Terburuk" Liverpool
Sukses Liverpool menjadi juara Liga Inggris musim ini, salah satunya karena kemampuan mereka dalam mengontrol permainan sejak menit awal. Fokus Jordan Henderson dkk terjaga di periode krusial. Jarang sekali Liverpool kecolongan gol di menit-menit awal.
Namun, cerita berbeda terjadi tadi malam di St James Park, markas Newcastle United. Gawang Liverpool sudah jebol ketika pertandingan belum berjalan satu menit.
Ya, di detik ke-24, gawang Liverpool sudah dijebol Newcastle lewat Dwight Gayle, usai meneruskan umpan dari mantan pemain Liverpool, Jonjo Shelvey. Itu gol tercepat di 10 laga tadi malam. Bahkan mungkin salah satu yang tercepat di musim ini.
Namun, yang terjadi kemudian, Liverpool memperlihatkan kepada Newcastle bahwa mereka memang sang juara. Sundulan parabolik Virgil van Dijk di menit ke-38, menyamakan skor 1-1. Lantas, di babak kedua, dua gol "kembar" karena skemanya nyaris sama dari Divock Origi di menit ke-59 dan Sadio Mane di menit ke-89, membuat Liverpool berbalik unggul 3-1.
Liverpool pun menutup Liga Inggris dengan raihan 99 poin. Itu poin tertinggi Si Merah sepanjang sejarah Premier League. Namun, yang paling dikenang fan Liverpool di musim ini tentu bukan jumlah poinnya. Tapi, gelar juara Liga Inggris yang akhirnya bisa diraih setelah menunggu tiga dekade.
Drama di Emirates Stadium, Arsenal mengirim Watford ke Championship
Dari 10 pertandingan tadi malam, salah satu yang paling seru terjad di Emirates Stadium. Kala Arsenal menjamu tim pejuang degradasi, Watford. The Hornets--julukan Watford mengincar kemenangan di London demi bisa bertahan di Premier League.
Yang terjadi, hingga menit ke-33, gawang Watford sudah jebol tiga kali. Arsenal sudah unggul 3-0. Watford sempat mengejar skor lewat penalti Troy Deeney di menit ke-43 dan Danny Welbeck di menit ke-66. Namun, tidak ada gol ketiga dan keempat yang tercipta. Watford pun kalah 2-3. Hasil itu membuat Watford dipaksa berucap selamat tinggal pada Premier League.
Ya, kekalahan itu membuat Watford yang di musim ini menjadi tim pertama yang bisa mengalahkan Liverpool, finish di peringkat ke-19. Musim depan, Watford akan bermain di Divisi Championship. Itu tentu akhir menyedihkan bagi pendukung Watford.
Laga di London itu juga menjadi kisah "kasih tak sampai" bagi penyerang Arsenal, Pierre-Emerick Aubameyang. Upayanya memburu gelar top skor, tak kesampaian.
Ketika mencetak dua gol, Auba sudah mencetak 22 gol. Artinya, dia hanya butuh tambahan satu gol untuk menyamai perolehan gol striker Leicester, Jamie Vardy (23 gol). Striker asal Togo ini sebenarnya dua kali mendapatkan peluang menambah gol, tetapi gagal menjadi gol. Dia pun harus puas menjadi "runner up" top skor Liga Inggris musim ini.
Drama di London Stadium, Aston Villa bertahan di Premier League
Keluarnya Watford dari Premier League alias terdegradasi ke Divisi Championship, juga tidak lepas dari hasil pertandingan di London Stadium. Pesaing terdekat Watford, Aston Villa berhasil mendapatkan satu poin usai bermain 1-1 dengan tuan rumah West Ham United.
Sebelumnya, pemain-pemain Aston Villa memulai laga dengan perasaan dag dig dug. Sebab, laga itu menentukan nasib mereka apakah akan bertahan di Premier League ataukah terdegradasi. Bila kalah, mereka bisa terdegradasi.
Namun, pemain-pemain Aston Villa tahu, mereka lebih 'beruntung' daripada Watford yang harus bertamu ke markas Arsenal. Di atas kertas, sulit membayangkan Watford menang di markas Arsenal.
Yang terjadi, drama di markas West Ham terjadi telat. Enam menit jelang bubaran, Villa mencetak gol lewat sang kapten, Jack Grealish. Gol itu disambut heboh oleh pemain-pemain dan staf pelatih Villa. Mereka merayakannya seolah gol itu membuat mereka juara. Dan memang, bertahan di Premier League, bagi Villa mungkin setara seperti kegembiraan juara.
Namun, keunggulan itu tidak bertahan lama. West Ham menyamakan skor satu menit kemudian lewat Andriy Yarmolenko setelah tendangannya berbelok arah usai membentur pemain Villa.
Toh, hasil imbang 1-1 itu sudah cukup bagi Aston Villa. Mereka bersorak di akhir laga. Salah satu klub Inggris yang pernah meraih gelar European Cup (nama lawas Liga Champions) ini akan tetap bermain di Premier League pada musim 2020/21 nanti.
Pada akhirnya, laga "final day" Liga Inggris tadi malam menghadirkan momen-momen drama haru bagi para pendukung klub Liga Inggris. Ada yang tertawa. Ada yang nelangsa di akhir laga. Tetapi memang, begitulah cerita sepak bola.
Tapi yang menarik untuk dicatat, ketika Liga Inggris musim 2019/20 baru selesai, pihak operator Liga Inggris sudah mengumumkan bahwa Premier League musim 2020/21 akan dimulai 12 September 2020 dan kemungkinan berakhir 23 Mei 2021. Ah, di Inggris, menetapkan jadwal kompetisi itu ternyata hal mudah. Salam. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H