Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Kekhawatiran Orangtua Bila Anak-anak Kembali ke Sekolah

4 Juni 2020   09:40 Diperbarui: 4 Juni 2020   22:53 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa sekolah dasar negeri 002 Ranai melakukan aktivitas belajar menggunakan masker di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Indonesia, Selasa (4/2/2020). Bulan Juli, murid sekolah akan kembali masuk sekolah seperti sebelum masa pandemi corona. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Beberapa skenario dimunculkan. Seperti mengisi ruang kelas hanya separo dari kapasitas penuh agar memungkinkan adanya physical distancing di dalam kelas. Semisal bila biasanya satu kelas isinya 20 an siswa, nantinya akan menampung separohnya.

Ada juga wacana mengatur jam belajar semisal membagi jam belajar pagi dan siang. Termasuk menerapkan protokol jarak 1,5 meter untuk kegiatan di dalam dan luar kelas. Serta, wajib mengenakan alat pelindung diri selama di sekolah.

Tentu saja, kabar-kabar itu menarik perhatian para orang tua yang memiliki anak masih sekolah. Utamanya yang memiliki anak-anak masih SD maupun TK yang secara kesadaran memahami aturan baru, umumnya belum seperti anak-anak SMA maupun SMP. Saya yakin, ada banyak orang tua yang telah membaca kabar tersebut.

Lha wong sekarang, sudah menjadi hal biasa bila di setiap kelas, ada grup WhatsApp para wali murid. Informasi tentang sekolah dan berbagai hal yang menyertainya, termasuk perihal tren terbaru sebaran Covid-19 bahwa anak-anak kini juga terpapar, ikut dibagikan di grup tersebut.

Kabar dari sekolah di Korsel

Nah, dari mengetahui informasi-informasi tersebut, orang tua lantas memiliki pengandaian masing-masing bila anak-anaknya kembali bersekolah. Dari pengandaian normatif, hingga yang khawatir bila anak-anaknya kembali ke sekolah di masa pandemi.

Belum lagi adanya informasi dari beberapa negara yang bisa menjadi perbandingan. Semisal akhir pekan lalu, kita tahu, Korea Selatan sempat memulai new normal. Salah satunya dengan membolehkan kembali aktivitas belajar di sekolah. Namun, new normal di sekolah itu bisa dibilang gagal.

Sebab, muncul kasus baru virus Covid-19 saat new normal. Termasuk di sekolah. Karenanya, Korea Selatan lantas memutuskan untuk menutup kembali ratusan sekolah.

Ada lebih dari 200 sekolah di Korea Selatan terpaksa ditutup hanya beberapa hari setelah dibuka kembali. Pasalnya, ada lonjakan kasus baru virus korona (Covid-19). Sekitar 56 kasus baru Covid-19 dilaporkan dalam 24 jam terakhir di dekat daerah padat penduduk seperti dikutip dari jawapos.

Bagi orang tua yang mengetahui kabar dari Korsel tersebut, kiranya wajar bila muncul kekhawatiran. Logika sederhananya, Korsel yang kiranya lebih "selangkah di depan" dalam mengatasi wabah ini, ternyata juga keteteran ketika menerapkan new normal di sekolah. Bagaimana dengan kita?

Kabar dari Korsel itu bisa menjadi informasi kekinian perihal tema sekolah di masa pandemi. Bahkan, menjadi salah satu pertimbangan penting betapa tidak mudah membuka kembali sekolah dan menghadirkan anak-anak kembali ke kelas di masa wabah ini.

Memahami kekhawatiran orang tua

Sebagai orang tua dari dua anak yang masih bersekolah SD, saya dan istri juga kerapkali menjadikan tema "sekolah di masa new normal" itu sebagai diskusi seru di malam hari ketika anak-anak sudah terlelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun