Bila sampean berada di 'kapal besar' yang kapalnya tidak akan oleng meski terkena badai, tentu Anda beruntung. Anda tak perlu pusing memikirkan badai. Hanya menjaga diri dan keluarga agar tetap sehat.
Kapal besar di sini maksudnya, perusahaan/instansi tempat Anda bekerja memiliki kemampuan finansial kuat sehingga tidak begitu terdampak wabah. Anda mendapatkan gaji cukup, bahkan bonus. Pendek kata, Anda tetap aman di masa badai ini. Hanya perlu berdoa badai segera berakhir.
Beda cerita bila Anda menaiki kapal kecil seperti perahu sekoci. Dalam situasi badai, Anda tentu tidak aman. Sebab, karena ukurannya kecil, kapal bisa diombang-ambing badai. Bahkan kapalnya bisa disapu ombak lantas tenggelam. Dan yang di atas kapal tentu juga ikut tenggelam.
Maksudnya, bila Anda tidak bekerja di perusahaan/instansi besar tetapi bekerja sendiri (freelance) yang meski selama ini mendapatkan banyak 'orderan', tetapi wabah ini membuat Anda kehilangan semuanya. Orderan mendadak sepi. Pemasukan juga berkurang. Apalagi tidak ada gaji bulanan.
Bila seperti itu, Anda tidak hanya harus menjaga diri. Tetapi juga mencari cara agar bisa bertahan menghadapi badai. Sebab, bila tidak bisa bertahan, berarti 'tenggelam'.
Bila dihantam badai, harus bagaimana?
Nah, kabar buruknya, dalam situasi badai wabah yang belum jelas kapan berakhirnya, saya justru tengah berada di perahu sekoci. Perahu kecil. Keputusan untuk mundur dari instansi tempat saya bekerja pada akhir 2017 lalu demi bekerja sendiri dan punya banyak waktu bersama keluarga, membuat saya seperti pergi dari kapal besar.
Sebelum ada badai ini, pekerjaan menulis sendiri (freelance) itu sangat menyenangkan. Saya bisa mengatur waktu sendiri. Kapan bekerja dan kapan libur. Apalagi, beberapa tawaran baru berdatangan. Karenanya, saya tidak pernah menyesal keluar dari kapal besar.Â
Tapi kini, saya merasakan dampak dari badai virus ini. Saya ikut terdampak. Betapa pekerjaan menulis yang selama ini lancar dan bahkan banyak peluang baru yang datang, kini seperti menghilang. Meski saya tahu sekadar sementara saja. Begitu juga peluang menjadi narasumber ataupun mengajar di kelas, sejenak libur.
Malah, yang bikin nyesek, ada pekerjaan menulis bulanan yang sebenarnya sudah selesai dan tinggal menunggu bayarannya saja. Yang terjadi, gajinya belum bisa cair dikarenakan terdampak wabah.
Apa daya. Padahal, itu merupakan 'kapal' yang sebenarnya akan saya tumpangi untuk bertahan menghadapi badai wabah ini. Ternyata, kapalnya malah sudah bocor dihantam badai. Terancam karam duluan.