Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Salam Tempel" dan Makna Idulfitri yang Perlu Dikenalkan ke Anak-anak

26 Mei 2020   07:10 Diperbarui: 26 Mei 2020   07:02 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Idul Fitri datang lagi. Meski mungkin suasananya berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Inilah perayaan Idul Fitri dengan "new normal".

Kita melaksanakan Sholat Ied di rumah masing-masing. Kita membatalkan agenda mudik dan menyambung silaturahmi lewat cara virtual. Bilapun melakukan silaturahmi ke tetangga dekat, kita memakai masker dan tetap menjaga jarak.

Namun, apapun itu, dari hati, saya menyampaikan mohon maaf lahir batin. Untuk siapa saja di rumah ini, saya memohon maaf bila ada tulisan maupun komentar saya yang kurang berkenan.

Terlepas Lebaran tahun ini berbeda karena kita lebih banyak bersilaturahmi lewat gawai seiring tidak bisa 'unjung-unjung' sebebas seperti sebelumnya, tetapi ada satu hal yang tidak ikut hilang karena wabah virus ini. Yakni, kebiasaan "salam tempel" ke anak-anak.

Saya tergelitik oleh foto di grup WA keluarga. Ada seorang kerabat yang memajang foto putrinya sedang menghitung uang kertas dengan narasi begini "anaknya sedang menghitung pendapatan unjung-unjung Lebaran".

Ya, Lebaran memang periode menyenangkan bagi anak-anak. Mereka bak ketiban hujan rezeki. Namun, Lebaran bagi anak-anak sejatinya bukan hanya tentang mereka mendapatkan salam tempel. Ada beberapa hikmah bagus Idul Fitri yang bisa kita kenalkan kepada anak-anak.  

Momentum 'memperbaiki' hubungan dengan orang tua

Tahun ini, saya dan keluarga seharusnya mudik ke rumah mertua di Jakarta. Kami sudah berencana mudik sejak akhir tahun lalu. Namun, situasi pandemi membuat kami mengurungkan niat itu. Meski begitu, silaturahmi harus jalan terus.

Toh, meski berlebaran di rumah masing-masing dan sekadar bertemu mertua lewat tampilan wajah di video, kita tidak sampai kehilangan makna Lebaran. Makna itulah yang bisa kita ajarkan kepada anak-anak.

Makna paling utama, Idul Fitri adalah waktu terbaik untuk menyadari bahwa sebagai manusia, kita tidak terlepas dari salah. Ucapan kita mungkin pernah melukai perasaan orang lain. Perbuatan kita mungkin ada yang menyakitkan. Utamanya kepada orang tua.

Nah, sebagai anak, bila selama ini mungkin hubungan dengan orang tua kurang asyik, inilah momentum terbaik untuk memperbaiki hubungan. Saatnya menepikan ego untuk memohon maaf. Tentu saja, memohon maaf kepada orang tua bisa dilakukan kapan saja. Namun, Idul Fitri tentu punya cerita berbeda.  

Selain meminta maaf, kita juga berterima kasih kepada orang tua. Bahwa selama setahun ini, orang tua pasti telah banyak berbuat baik kepada kita sebagai anaknya, minimal mendoakan tanpa anak-anaknya tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun