Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Salam Tempel" dan Makna Idulfitri yang Perlu Dikenalkan ke Anak-anak

26 Mei 2020   07:10 Diperbarui: 26 Mei 2020   07:02 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makna itulah yang saya ajarkan kepada dua anak saya yang tahun ini berusia hampir 9 tahun dan 7 tahun. Bahwa, dalam Idul Fitri, orang pertama yang harus mereka dahulukan untuk meminta maafnya adalah orang tua. Kalaupun tidak bisa berjabat tangan langsung, bisa melakukan video call.

Makna ini penting untuk diajarkan sejak dini kepada anak-anak. Sebab, kelak ketika mereka tumbuh besar, mereka bisa 'berkaca' setiap Lebaran. Di manapun mereka menjalani hidupnya, mereka akan ingat pada orang tuanya.

Kita juga menyampaikan kepada anak-anak, bahwa ada hal yang tidak kalah penting dari meminta maaf. Yakni, belajar memperbaiki kesalahan. Semisal mau mendengarkan nasihat serta berbicara dengan lemah lembut kepada orang tua.  

Membuang benci dan dendam

Selain memperbaiki hubungan dengan orang tua, makna Idul Fitri yang juga bisa diajarkan ke anak-anak adalah tentang memaafkan. Utamanya dengan kawan-kawan sepermainan mereka.

Seperti kemarin, ketika mereka bertemu dengan beberapa kerabat dan anak-anaknya yang usianya tidak beda jauh, si adik mendadak berujar: "adek nggak mau minta maaf sama anak itu, dia anak nya jahat".

Saya lantas menjelaskan bahwa di hari raya Idul Fitri, semua harus saling memaafkan. Meminta maaf kepada orang lain, serta membuka lebar-lebar pintu maaf untuk orang lain.

Ya, kita bisa menjadikan momen Idul Fitri untuk mengajari anak-anak agar membuang jauh-jauh rasa benci dan dendam dengan teman-temannya. Saatnya memulai hubungan baru yang lebih baik yang diawali meminta maaf dan memberi maaf kepada semua. Termasuk yang pernah menyakiti kita.

Tentang makna unjung-unjung ke rumah saudara, anak-anak juga perlu diberitahu bahwa tujuannya bukan untuk mendapatkan "salam tempel". Meski mereka memang mendapatkan itu.

Tapi, mereka harus diberitahu bahwa unjung-unjung itu untuk menjaga silaturrahmi dan seduluran yang sudah ada. Ibarat tanaman, ia harus rajin disiram dan diberi pupuk agar tumbuh sehat. Hubungan antar manusia pun begitu.

Bukankah ada ujaran bahwa silaturahmi bisa memanjangkan umur dan melapangkan rezeki?

Karena dengan bersilaturahmi, hati kita bisa gembira sehingga bisa lebih sehat. Kita juga bisa bertukar pikiran dalam hal mengedukasi anak ataupun mendapatkan usaha baru dari cerita kawan.  

Mengatur "salam tempel" yang diterima saat Lebaran

Nah, ini yang juga tidak kalah penting. Ketika anak-anak mendapatkan banyak 'uang saku' dari saudara di hari Lebaran, mereka harus diedukasi perihal pemanfaatan uang tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun