Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Salam Tempel" dan Makna Idulfitri yang Perlu Dikenalkan ke Anak-anak

26 Mei 2020   07:10 Diperbarui: 26 Mei 2020   07:02 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan sampai, karena merasa memiliki uang dalam jumlah banyak, karena merasa tidak diberitahu apa-apa oleh orang tuanya, mereka lantas memakai duit tersebut untuk keperluan yang kurang bermanfaat.

Biasanya, kami yang memegang uang salam tempelnya anak-anak. Namun, karena mereka sudah semakin besar, kini mereka menagihnya. Tidak masalah. Toh, itu uang yang memang diberikan untuk mereka.

Namun, ketika memberikan uang tersebut kepada mereka, perlu disertai anjuran. Semisal berpesan agar sebagian uangnya ditabung, dan sebagian lainnya boleh dipakai untuk 'keperluan' mereka.

Saya terbiasa berujar ke mereka, agar uangnya ada 'rasanya'. Maksudnya, jangan sampai uangnya tidak berasa karena langsung habis. Karenanya, saya menganjurkan uangnya ditabung, lalu sisanya untuk membeli peralatan sekolah, semisal buku tulis maupun kotak pensil.

"Kalau kalian bisa membeli alat sekolah dari uang sendiri, pasti kalian akan merasa bangga dan lebih sayang barangnya.

Selain semua makna itu, tentu saja, Idul Fitri merupakan hari kemenangan. Anak-anak juga merasakan kemenangan. Sebab, selama Ramadan tahun ini, mereka berjuang berpuasa penuh. Utamanya si adik. Tahun lalu, dia masih 'belajar puasa' dan sering menggoda kakaknya.

Tahun ini, dia kuat berpuasa hingga Maghrib. Palingan hanya di pekan awal Ramadan, dia tidak berpuasa karena sempat sakit dan menjalani rawat inap di rumah imbas terkena dengue fever.  

Sebagai orang tua, tentu saya bangga karena kedua anak saya bisa berjuang berpuasa hingga maghrib. Tentu saja, rasanya senang, perjuangan untuk membangunkan mereka sahur dan menguatkan mental mereka bila siang mulai merasa lemas dan mengeluh lapar, ternyata berhasil.

Tentu saja, mereka pantas mendapatkan 'hadiah kecil' seperti yang saya janjikan di awal Ramadan bila mereka kuat berpuasa. Janji untuk mentraktir makan makanan yang mereka suka. Si bungsu sudah semangat memesan pizza.

Akhirnya, melalui tulisan ini, saya menyampaikan permohonan maaf tulus bila ada terpercik salah dalam tulisan-tulisan saya. Selamat merayakan Idul Fitri bersama keluarga, mohon maaf lahir dan batin. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun