Terlebih, Ramadan tahun ini hadir dalam situasi sulit akibat wabah Covid-19 yang membuat banyak orang terdampak secara ekonomi. Ada banyak orang yang perlu dibantu.
Perihal orang senang berbagi selama Ramadan itu, menurut saya jawabannya bukan karena ada banyak orang yang mendadak kaya di bulan Ramadan.
Namun, semangat Ramadan agar orang yang berpuasa ikut merasakan tidak enaknya seharian lapar dan haus, memunculkan rasa empati kepada mereka yang mengalaminya.
Sikap peduli pada orang lain itu tentu perlu terus dijalankan selepas Ramadan. Sebab, dampak wabah virus ini masih belum jelas kapan selesainya. Terlepas pemerintah sudah memberikan bantuan dengan berbagai jenis, sudah seharusnya kita juga peduli pada orang lain.
Selain itu, warisan Ramadan yang juga patut dijaga adalah menjaga mulut untuk tidak menggunjing orang lain, memfitnah, ataupun memanggil dengan panggilan buruk karena takut pahala puasa kita berkurang. Itu perlu terus dilanggengkan.
Begitu juga semangat untuk menjaga jari jemari untuk tidak menulis 'tulisan jahat' di media sosial ataupun membagikan berita hoaks, perlu untuk terus kita jaga.
Pada akhirnya, Ramadan akan segera meninggalkan kita. Namun, semua 'warisan Ramadan' berupa rasa malu bila berbuat maksiat dan melanggar aturan, terus produktif, dan peduli pada orang lain, semoga bisa terus kita hidupkan dalam keseharian kita.
Teriring doa, semoga kita semua bisa kembali dipertemukan dengan Ramadan dan Idul Fitri tahun depan. Bisa kembali bertemu Ramadan dalam kondisi yang lebih baik. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H