Nah, semangat menulis pak Tjipta inilah yang patut dicontoh. Padahal, pak Tjipta pastinya juga sibuk luar biasa. Tetapi, karena cinta menulis, beliau bisa "bernegosiasi dengan waktu" untuk menulis.
Dari pak Tjipta, kita bisa belajar. Bahwa, menulis itu bukan urusan bisa atau tidak bisa. Tetapi, mau atau tidak mau. Selama ada kemauan menulis, tulisannya pasti jadi.Â
Mengemas tulisan semudah minum segelas air
Teladan lain dari Pak Tjipta yang bisa kita contoh adalah caranya mengemas tulisan. Beliau tidak menganggap menulis itu ribet sehingga dua jam tulisannya belum jadi. Tapi, pak Tjipta juga tidak berprinsip 'yang penting nulis dan banyak dibaca' atau 'yang penting lunas target posting satu hari satu berita'.
"Kalau sekadar mengejar kuantitas menulis, saya berani mengatakan bahwa saya bisa menulis setiap hari 10 artikel. Karena ide bisa datang darimana saja," begitu kata Pak Tjipta dalam tulisan "Inilah Artikel Saya yang ke-4800".
Tetapi memang, dari tulisan-tulisannya pak Tjipta, kita bisa merasakan bahwa ide menulis itu bisa datang dari mana saja. Apapun yang kita lihat, kita dengar, kita alami, ataupun yang dialami orang lain, bisa jadi tema tulisan. Menulis itu mudah saja bagi pak Tjipta.
Bahwa tulisan tidak harus tentang hal yang sedang viral untuk menarik minat pembaca. Hal-hal yang mungkin terlihat remeh-temeh, juga bisa dikemas menjadi tulisan bagus.
Beberapa petikan kalimat yang saya ambil dari tulisan "Inilah Artikel Saya yang ke-4800", menjadi bukti betapa menulis itu seperti minum air bagi pak Tjipta. Seperti minum air, tak perlu berpikir ribet untuk melakukannya. Tinggal minum saja.
Pak Tjipta menulis begini:Â
"Misalkan  saat lagi duduk sambil menyeruput secangkir kopi hangat, saat memandang sepasang burung pipit di pohon, langsung bisa menulis tentang bagaimana kita bisa belajar dari burung pipit yang harganya di pasar cuma 10 ribuan, bahwa ketika sarangnya diporak porandakan angin badai dan hujan, pasangan burung kecil ini tidak meratapi nasib, melainkan langsung kerja keras memperbaiki sarangnya yang sudah hancur. Dalam waktu sehari sarangnya sudah dapat ditempatinya lagi
Juga kalimat ini:Â