Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Didi Kempot, Orang Baik, dan "Ladang Amal" yang Membantu Banyak Orang

9 Mei 2020   13:17 Diperbarui: 9 Mei 2020   13:27 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila saya melemparkan pertanyaan perihal apa ciri-ciri orang baik itu?

Saya yakin, sampean (Anda) pasti akan punya jawaban berbeda-beda. Karena memang, setiap orang pastinya punya parameter orang baik sehingga akan berbeda-beda satu sama lain.

Tapi yang pasti, ada 'syarat wajib' bila ingin disebut orang baik. Saya mengutip petuah terkenal dari dai sejuta umat, KH Zainuddin MZ yang namanya tetap dikenang meski sudah lama wafat.

Dulu, ketika masih bocah, saya rutin mendengar kajian dai kondang tersebut dari radio transistor seusai Subuh ataupun menjelang Maghrib.

Salah satu petuah yang masih saya ingat, orang baik itu adalah ketika dia tidak ada, orang akan merindukan kehadirannya. Orang akan rindu nasihatnya, ceritanya, bahkan tawanya.

Sebaliknya, orang jahat itu, ketika dia ada, justru banyak orang akan susah. Banyak orang merasa tidak senang bila orang tersebut ada di tengah-tengah mereka.

Nah, merujuk pada petuah pak ustadz Zainuddin itu, kiranya mudah bila menyebut maestro pelantun lagu-lagu Jawa, Didi Kempot yang meninggal Selasa (5/5/2020) termasuk orang baik. Sebab, ada banyak orang yang sayang pada Pakde Didi.

Didi Kempot dan Pesan Gus Dur
Begitu mendengar Didi Kempot meninggal, 'wajah' media sosial, utamanya Instagram dan Facebook, langsung dipenuhi duka cita, perasaan kehilangan, dan penghormatan untuk penyanyi yang bersahaja dan bisa akrab dengan semua kalangan ini.

Bangsa ini merasakan kehilangan. Presiden Joko Widodo menyampaikan duka cita di akun IG nya. Begitu juga beberapa menteri seperti Erick Thohir dan Wishnutama. Termasuk Komut Pertamina, Basuki T Purnama.

Tidak ketinggalan, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa, Barat Ridwan Kamil, dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah. Lalu, pelawak legend, Indro Warkop, semuanya menyampaikan duka cinta dan rasa kehilangan.

Termasuk ungkapan duka cita dari kalangan penyanyi yang memajang foto kebersamaan mereka dengan Didi Kempot. Seperti Armand Maulana, David Bayu Naif, juga Judika yang mengaku sedianya akan manggung bareng Didi Kempot untuk project duet Banyu Langit di stasiun TV bareng aplikasi belanja online.

Itu belum termasuk ungkapan kehilangan dari masyarakat di seantero Indonesia yang terkejut dengan kabar meninggalnya Didi Kempot. Sontak, mereka memasang foto, memutar lagu, ataupun menuliskan testimoni untuk sang The Godfather of Broken Heart.

Semuanya merasakan kehilangan. Mereka memuji perjuangan Didi Kempot di dunia musik. Mengapresiasi kepeduliannya pada budaya bangsa. Juga jiwa kemanusiaannya yang peduli pada sesama.

Dari banyaknya orang yang merasa kehilangan situ, bilapun kita tidak mengenalnya secara langsung, kita bisa berkesimpulan bahwa Didi Kempot itu orang baik.

Ya, kita tidak butuh kenal secara langsung, kita tidak perlu tahu nama aslinya, apa pilihan politiknya, bahkan tidak perlu heboh mencari tahu agamanya apa seperti yang dilakukan beberapa warganet untuk tahu bila almarhum Didi Kempot itu orang baik.

Meminjam salah satu pesan terkenal presiden keempat Republik Indonesia, almarhum KH Abdurrahman Wahid, bahwa: 

"Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu".

Pesan Gus Dur itu 'terus hidup' hingga kini. Seperti juga namanya yang terus dikenang dan dirindukan. Pertanda bahwa semasa hidup, beliau memang orang baik.

Bahkan, orang terdekat Gus Dur, Hermawi Taslim yang pernah sedekade mendampingi Gus Dur, menyebut bahwa sebagai seorang non-muslim, dirinya menjadikan pesan yang diutarakan Gus Dur tersebut sebagai pegangannya dalam berkomunikasi dengan siapa pun seperti dikutip dari kompas.com.

Ladang pahala Didi Kempot
Kembali ke Pakde Didi Kempot, salah satu bukti bahwa dia orang baik adalah kepeduliannya pada sesama dan bangsanya. Kita tahu, beberapa pekan sebelum meninggal dunia, Didi Kempot berinisiatif menggelar Konser Amal Dari Rumah yang ditayangkan langsung Kompas TV pada 11 April lalu.

Konser yang berlangsung kurang lebih 3 jam itu berhasil mengumpulkan donasi dari masyarakat sebesar 7,6 miliar. Hasil donasi masyarakat itu dipakai untuk membantu masyarakat yang terdampak wabah Covid-19. Mereka yang kehilangan pekerjaan akibat dampak wabah Corona.

Konser amal itu bukan hanya bentuk kepedulian Didi Kempot pada sesamanya, baik itu Sobat Ambyar--julukan penggemar Didi Kempot, maupun masyarakat umum. Namun, konser itu juga merupakan ladang pahala bagi Didi Kempot.

Bayangkan, bila dari donasi konser amal itu, ada kepala keluarga yang terbantu dan mampu bertahan di masa pandemi ini. Semisal memulai usaha kecil untuk keluarganya, lalu berhasil menyekolahkan anak-anaknya menjadi "orang sukses' dan bermanfaat bagi banyak orang.

Merujuk pada asas kemanfaatan itu, bukankah itu termasuk kategori amal jariyah yang pahalanya terus mengalir. Tentu saja, urusan pahala, itu bukan lagi urusan manusia.

Selain konser amal itu, Didi Kempot lewat lagu-lagunya, juga memberikan kemanfaatan bagi banyak orang. Ada banyak penyanyi yang awalnya tidak terkenal, kemudian meng-cover (menyanyikan ulang) lagu Didi Kempot lantas menjadi terkenal dan rezekinya mengalir. 

Terlepas dari kualitas suara, kemampuan olah vokal dan memainkan alat musik yang bagus, tidak bisa dipungkiri bahwa mereka menjadi terkenal karena menyanyikan lagu Didi Kempot.

Sebab, publik bisa dengan mudah tertarik dan mendengarkan lagu cover mereka karena yang dibawakan adalah lagunya Didi Kempot. Karena lagunya memang sudah terkenal. Sehingga kita jadi penasaran seperti apa lagu versi lainnya.

Bila ternyata kemudian mereka menyanyikan lagu ciptaan mereka sendiri dan sukses, toh pijakan awal mereka masuk ke panggung musik dan menjadi terkenal, itu karena terdongkrak oleh nama Didi Kempot.

Begitu juga beberapa anak muda yang menyanyikan lagu-lagu Jawa dan karyanya bisa diterima banyak orang. Secara tidak langsung, mereka juga terbantu dengan sukses Didi Kempot. Bahwa, Didi Kempot seolah membuka jalan bagi penyanyi Jawa lainnya.

Itu belum termasuk kegembiraan yang hadir di panggung-panggung musik elekton di kampung-kampung karena menyanyikan lagu-lagunya Didi Kempot. Bukankah, menyenangkan orang itu juga termasuk perbuatan baik yang berpahala.

Pada akhirnya, saya tergoda untuk kembali menulis tentang Didi Kempot menyusul tulisan beberapa kawan di akun media sosialnya.

Ada seorang kawan yang mengagumi Didi Kempot, merasa kesal karena ada beberapa orang yang tega membuat berita hoaks tentang perjalanan hidup Didi Kempot. Termasuk mempertanyakan agamanya.

Kawan tersebut lantas menulis kalimat begini:

"Buat yang sudah tega membuat berita hoaks, yang kalian fitnah ini, di penghujung usianya telah mampu menggalang dana hingga 7 miliar untuk membantu melawan Covid-19. Ini demi kebaikan banyak orang. Lalu, apa yang bisa kalian lakukan untuk kebaikan orang lain?"

Ah, kita ini memang perlu memiliki 'kaca besar' di rumah. Sebuah kaca besar agar kita bisa bercermin melihat diri kita sendiri sebelum mengomentari orang lain.

Sebab, bila ada orang baik ternyata masih dikomentari nyinyir, berarti ada yang keliru dengan kita. Jangan-jangan, kita malah senang bila melihat orang lain susah. Jangan-jangan, kita ini bukan termasuk orang baik. Tapi hanya merasa menjadi orang baik. Semoga tidak begitu. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun