Bayangkan, bila dari donasi konser amal itu, ada kepala keluarga yang terbantu dan mampu bertahan di masa pandemi ini. Semisal memulai usaha kecil untuk keluarganya, lalu berhasil menyekolahkan anak-anaknya menjadi "orang sukses' dan bermanfaat bagi banyak orang.
Merujuk pada asas kemanfaatan itu, bukankah itu termasuk kategori amal jariyah yang pahalanya terus mengalir. Tentu saja, urusan pahala, itu bukan lagi urusan manusia.
Selain konser amal itu, Didi Kempot lewat lagu-lagunya, juga memberikan kemanfaatan bagi banyak orang. Ada banyak penyanyi yang awalnya tidak terkenal, kemudian meng-cover (menyanyikan ulang) lagu Didi Kempot lantas menjadi terkenal dan rezekinya mengalir.Â
Terlepas dari kualitas suara, kemampuan olah vokal dan memainkan alat musik yang bagus, tidak bisa dipungkiri bahwa mereka menjadi terkenal karena menyanyikan lagu Didi Kempot.
Sebab, publik bisa dengan mudah tertarik dan mendengarkan lagu cover mereka karena yang dibawakan adalah lagunya Didi Kempot. Karena lagunya memang sudah terkenal. Sehingga kita jadi penasaran seperti apa lagu versi lainnya.
Bila ternyata kemudian mereka menyanyikan lagu ciptaan mereka sendiri dan sukses, toh pijakan awal mereka masuk ke panggung musik dan menjadi terkenal, itu karena terdongkrak oleh nama Didi Kempot.
Begitu juga beberapa anak muda yang menyanyikan lagu-lagu Jawa dan karyanya bisa diterima banyak orang. Secara tidak langsung, mereka juga terbantu dengan sukses Didi Kempot. Bahwa, Didi Kempot seolah membuka jalan bagi penyanyi Jawa lainnya.
Itu belum termasuk kegembiraan yang hadir di panggung-panggung musik elekton di kampung-kampung karena menyanyikan lagu-lagunya Didi Kempot. Bukankah, menyenangkan orang itu juga termasuk perbuatan baik yang berpahala.
Pada akhirnya, saya tergoda untuk kembali menulis tentang Didi Kempot menyusul tulisan beberapa kawan di akun media sosialnya.
Ada seorang kawan yang mengagumi Didi Kempot, merasa kesal karena ada beberapa orang yang tega membuat berita hoaks tentang perjalanan hidup Didi Kempot. Termasuk mempertanyakan agamanya.
Kawan tersebut lantas menulis kalimat begini: