Ketiga, tayangan iklan tersebut mengandung pesan yang jelas. Tidak sekadar 'jualan produk', tapi juga menyisipkan pesan bagus untuk mengedukasi penonton. Karena tayang di bulan Ramadan, pesannya tentu juga harus selaras dengan kemuliaan Ramadan.
Nah, karena memenuhi tiga syarat menjadi iklan televisi yang bagus itulah, saya beranggapan iklan Pertamina pada Ramadan 2005 tersebut, salah satu yang paling keren.
Ada yang masih ingat iklannya?
Selaras dengan produknya, iklan Pertamina tersebut mengisahkan tentang seorang petugas SPBU yang melayani seorang pelanggan bermobil. Kejadiannya sore menjelang berbuka puasa.
Oleh petugas SPBU, si pengendara mobil lantas disarankan untuk mematikan handphonenya sembari memulai melayani mengisi BBM: "dimulai dari angka nol ya pak". Namun, layanan ramah itu hanya dibalas wajah datar dan senyum kecut.
Sedetik kemudian, adzan Maghrib terdengar. Petugas SPBU yang berpuasa tersebut mengucap syukur. Lantas mempersilahkan pengguna mobil bila berbuka di gerai makanan dan minuman di SPBU. Tapi hanya dijawab: "Ah nggak usah" sembari berlalu.Â
Toh, respon menyebalkan dari pelanggannya itu tidak membuat petugas SPBU kehilangan keramahan. Dia tetap mengucap terima kasih sembari tersenyum.
Di scene berikutnya, ketika sudah hari Lebaran, si petugas SPBU tersebut kembali bertugas. Dan, dia kembali bertemu pengguna mobil yang dulunya bersikap ketus Kali ini, dia bermobil bersama keluarganya. Bersama istri dan kedua anaknya.
Si petugas SPBU kembali menyapa ramah. Namun, ucapan "selamat Lebaran bapak ibu dek, mohon maaf lahir batin, dimulai dari angka nol ya pak" hanya dibalas anggukan.Â
Namun, sejurus kemudian, ketika melihat petugas SPBU itu dari kaca spion, si bapak itu terkenang dan menyadari sikap buruknya dulu ke petugas SPBU tersebut.